blank
Petani peserta Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) sedang melakukan parktik lapangan, (Humas Pemkto Magelang)

 

MAGELANG – Para petani padi di Kota Magelang diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko serangan walang sangit, salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT). Serangan walang sangit dapat menurunkan kualitas beras yang dihasilkan petani karena, butiran beras menjadi tidak mulus dan cenderung kusam.

‘’Jadi para petani harus waspada lebih dini terhadap OPT walang sangit pada masa generatif tanaman padi sawah,’’ ungkap  I Made Redana, fasilitator Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang, beberapa hari lalu.

Dalam SPLHT Made memberikan pengetahuan kepada para petani untuk pembuatan Plant Growth Promoting Regulator (PGPR) dan Bakteri Merah.

PGPR sangat penting sebagai bioprotectan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi). ‘’Sedangk Bakteri Merah sangat baik untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman,’’ terangnya.

SPLHT yang berlangsung selama 2 bulan itu diikuti 25 petani anggota kelompok tani (poktan) Subur Makmur Magelang. Kegiatan ini juga diikuti oleh Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko, melalui Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun meminta petani untuk terus meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam produksi padi sawah dengan pendekatan SLPHT.
Menurutnya, dengan pendekatan SLPHT, petani akan lebih mandiri dalam mengatasi sejumlah masalah hama dan penyakit tanamandengan solusi yang ramah lingkungan.

Dia menjelaskan, penggunaan pestisida dan bahan kimia untuk pertanian dari waktu ke waktu akan semakin ditekan karena, dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat.

‘’Di masa mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, produk-produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan, bila memungkinkan sampai level organik,’’ tuturnya.

Penyuluh Pertanian Madya Disperpa Among Wibowo menambahkan, terkait progres pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah varietas padi Ciherang yang ditanam di lahan SLPHT dapat tumbuh optimal.

Secara rata-rata tinggi tanaman mencapai 70-80 cm, lebih tinggi dibandingkan petak petani yang hanya mencapai 60-70 cm. Sedang dari sisi jumlah anakan produktif rata-rata 20-25 anakan, lebih banyak dibandingkan petak petani yang hanya di kisaran 18-21 anakan.

‘’Indikator tersebut sebagai awalan saja, yang terpenting nanti fase pada saat padi bunting (pengisian bulir) harus dimaksimalkan,’’ ujarnya. (hms)

Editor : Doddy Ardjono