blank
Sekitar 15 anggota KWT diajak berkunjung ke RKG untuk menempa ilmu membuat tahu dan tempe. Foto : (Hana Eswe/Dok)

GROBOGAN – Sebanyak 113  siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat SMP dan SMA penyandang tuna rungu diajari cara membuat tahu dan tempe.

Hal tersebut dilakukan di rumah produksi Mentari Snack milik Isnaini Nurnaningsih atau yang akrab disapa Naning, di Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung, Senin (14/10).

Para siswa terlihat bersemangat mengaduk adonan yang dipergunakan sebagai bahan pembuatan kripik tempe. Meski hanya berbekal bahasa isyarat, namun para murid ini bisa melakukannya dengan baik.

Menurut Naning, saat ini SLB terdapat revitalisasi vokasi dari pemerintah provinsi. Sasarannya yakni pada keterampilan, tata boga, otomotif, TKJ, dan tata busana.

“Untuk kegiatan tata boga, saya sebagai pemilik Mentari Snack dipercaya untuk melatih guru. Kemudian, guru mentransfer ilmunya kepada murid. Dan program ini merupakan program kemitraan. Dalam MoU-nya dilakukan selama lima tahun dengan harapannya dapat mengantar anak sampai bisa mandiri setelah lulus nanti,” ujar perempuan yang pernah menjadi guru ini.

Naning menjelaskan, para pelajar ini melakukan rangkaian pembuatan aneka makanan olahan yang mempunyai nilai jual. Salah satunya kripik tempe. Mereka melakukan tahapan demi tahapan, mulai dari produksi, packing, sampai pada pemasaran.

“Selain itu, kami juga mengajak mereka ke Rumah Kedelai Grobogan (RKG) untuk melihat langsung cara membuat tahu dan tempe yang merupakan binaan dari Dinas Pertanian Grobogan,” tambah istri dari Rukhan ini.

Setelah beberapa kali mengadakan latihan, para pelajar kini sudah dapat memotong dan menggoreng kripik tempe dengan baik. Kemudian, melakukan tahapan selanjutnya seperti pengemasan dan pemasaran.

blank
Para pelajar antusias melakukan proses pembuatan kripik tempe. Mereka didampingi guru saat berpraktik di dapur Mentari Snack. (Foto: Hana Eswe).

Bina KWT

Selain membina para pelajar SLB, pihaknya juga membina para wanita yang tergabung pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Mojoagung. Ada sekitar 15 orang yang menjadi peserta dalam pelatihan ini. Tentu saja, dalam pelatihannya memiliki perbedaan.

“Kepada para KWT, saya kasih bahan. Setelah eksekusi, saya suruh bawa pulang. Tidak dipungut biaya sama sekali dan diagendakan selama sebulan sekali. Kegiatan ini sudah dimulai sejak April 2019 hingga saat ini,” tambah Naning.

Yang unik dalam pelatihan ini, KWT mendapatkan bantuan modal dari Naning sebesar Rp 1 juta yang dipergunakan sebagai modal untuk dikembangkan dalam kelompok tersebut agar dapat mandiri.

“Yang saya syukuri, pada 2020 nanti sudah dianggarkan dari desa Rp 10 juta untuk pelatihan KWT,” pungkas Naning.

suarabaru.id/Hana Eswe.