blank
Kiai Ahmad Darodji (2 dari kiri) dan Rektor UIN Walisongo Prof Dr KH Imam Taufik (3 dari kiri) saat mencurahkan pemikiran pada dialog interaktif bertema Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan dalam Perspektif Islam.

SEMARANG– Era millenial yang ditandai signifikansi kemajuan teknologi digital, telah memosisikan hubungan antara anak dengan orang tua kadang terbalik. Kini banyak orang tua yang minta diajari anaknya, misalnya terkait teknologi digital. Maka falsafah era dulu, Kebo Nyusu Gudel yang bermakna anak juga bisa mengajari orang tua, kini terjadi dan tidak terelakkan.

Pendapat tersebut disampaikan Ketua Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji MSi pada dialog interaktif Ulama Menyapa live TVKU, Senin (7/10/2019). Dialog interaktif sebagai program MUI Jateng ini, menampilkan pula narasumber, Rektor UIN Walisongo Prof Dr KH Imam Taufik MAg, dipandu dua host Myra Azzahra dan Fitri Kholifa.

Menurut Kiai Darodji, era digital adalah era generasi masa kini, bila generasi muda kesehariannya tidak lepas dari handphone, itu bukan hal yang salah. Tapi, itulah era mereka. Orang tua termasuk para pemimpin harus memahami dan jangan mudah menyalahkan.

Dalam teknologi informasi, kata Kiai Darodji, orang tua belajar banyak dengan anak sebagai sebuah fenomena. Belajar untuk bisa mengoperasionalkan smartphone agar dapat bermedsos dengan baik dan benar.

“Inilah era anak-anak kita saat ini. Jadi tidak perlu malu orang tua belajar kepada anak tentang hal-hal kekinian termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arti luas,” jelasnya.

Ditanya tentang tren aksi demo yang marak akhir-akhir di berbagai kota besar di Tanah Air, Kiai Darodji menegaskan hal itu sebagai ekspresi dan tanggung jawab mahasiswa terhadap bangsa dan negara yang patut dihargai.

“Mahasiswa demo mahasiswa mengkritisi pemerintah tidak masalah, sepanjang caranya benar dan tidak anarkhis. Bila terjadi ketegangan sesaat dengan aparat keamanan, itu juga dinamika yang lumrah,” tegasnya.

Pendapat serupa ditegaskan Prof Dr KH Imam Taufik Mag. Mahasiswa berdemo itu sesuai jatidirinya untuk pendewasaan diri. Tugas ulama serta dosen memberi arahan dan pendampingan agar sesuai koridor. Bahkan, demo itu sebagai bentuk kontribusi mahasiswa kepada pemerintah.

Maka, menurut Prof Imam Taufik, demo mahasiswa yang marak di berbagai kota tidak perlu curiga, aparat pemerintah tidak perlu tersinggung dan marah. Sebab demo yang baik, stabilitas tetap terjaga. Jgn ada kekerasan. Mahasiswa tidak berniat mencari musuh dan apalagi

Kiai Darodji dan Prof Imam Taufik saling memuji demo mahasiswa di Jateng yang berjalan baik dan santun sehingga tanpa kekerasan. Bahkan usai demo, Gubernur beserta mahasiswa bersama-sama membersihkan sampah yang berserakan.

“Suasana kondusif seperti ini patut dicontoh daerah-daerah lain. Mereka perlu belajar dengan Jawa Tengah,” tegas Kiai Darodji(suarabaru.id/sl)