blank
Seorang pembeli tengah memilih model desain Kaosaba, kaos khas Wonosobo, di outlet Prajuritan Atas Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO-Produk kaos khas Wonosobo “Kaosaba” diminati banyak wisatawan domistik maupun mancanegara. Koas dengan gambar beberapa lokasi wisata dan tempat bersejarah di Wonosobo itu disukai karena punya desain unik dan kualitas kain yang bagus.

Kaos dengan gaya milenial itu, saat ini banyak dipasarkan di outlet oleh-oleh khas Dieng di Desa Patakbanteng Kejajar Wonosobo. Desa Patakbanteng kini jadi pusat kuliner dan cinderamata bagi wisatawan, karena menjadi pintu masuk mendaki ke Gunung Prau.

blank
Rusta Efendi, pemilik Kaosaba Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

Produsen Kaosaba Rusta Efendi mengatakan produk kaos baru tersebut merupakan pengembangan produksi Iketsaba. Karena sebelum membuat kaos milenial, pihaknya terlebih dulu memproduksi Iketsaba. Iket khas Wonosobo tersebut juga disukai banyak orang.

“Selain dipasarkan di sentra cinderamata di Patakbanteng, Kaosaba juga bisa diperoleh di showroom Prajuritan Atas bawah Taman Samsat pojok Alun-Alun Timur bagian Selatan Wonosobo. Berbagai desain kaos dengan aneka warna dan ukuran tersedia,” katanya.

Ide pembuatan Kaosaba, dikatakan Fendi, Kamis (3/10), bermula dari keinginan untuk ikut mempopulerkan obyek wisata yang ada di Wonosobo. Melalui produk kaos khas kota pegunungan, ada destinasi baru, berupa wisata souvenir atau oleh-oleh bagi wisatawan.

“Jika di Bandaung ada kaos khas Dadung, di Yogyarkarta ada kaos unik Dagadu dan di Bali terkenal dengan kaos Joger, di Wonosobo ada kaos yang tak kalah unik dan menarik, yakni Kaosaba. Kaosaba dibikin dengan kualitas ekslusif untuk wisatawan,”sebutnya.

Ikon Wonosobo

Konsep desain Kaosaba memang didesain khusus gambar tempat wisata di Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) dan ikon lain di Wonosobo. Desain khusus tersebut sengaja ditonjolkan guna ikut mempopulerkan destinasi wisata di Dieng melalui kaos.

“Desain kaos yang saya buat ada yang bergambar Tugu Juang, Taman Plaza Tempoe Doeloe, Gunung Prau, Candi dan Pegunungan Dieng. Saya juga tengah mendesain kaos bergambar Bukit Sikunir, Purwaceng, Carica, Mie Ongklok dan tempat wisata lainnya,” ujar dia.

Baca Juga: Kapolres Wonosobo Berharap Pilkades di 40 Desa Aman dan Damai

 

Sebagai koas ekskluif dengan desain dan model kekinian, harga yang dipatok perpotong Rp 110.000. Jika pembelian dalam partai besar, imbuhnya, harga bisa dikurangi. Kain kaos yang pakai merupakan jenis kombet S30 dengan sablon model plastisol.

Selama sebulan, diakui Fendi, dirinya bisa memproduksi 2.000 potong kaos. Produksi sebanyak itu, dikerjakan empat tukang jahit dan tiga tenaga sablon. Tempat pembuatan kaos berada di Dusun Pencil Desa Medono Kecamatan Kaliwiro Wonosobo.

“Kaosaba saya produksi sendiri dari nol. Mulai bikin model, jahit, desain hingga sablon dilakukan di Pencil Medono Kaliwiro Wonosobo. Jadi saya tidak beli kaos, terus tinggal nyablon. Tapi beli kain untuk dibikin kaos sendiri,” ujarnya.

Proses pembuatannya, imbuh Fendi, bahan kaos yang dibeli dari Yogyakarta, dipotong, disablon lalu dijahit sesuai ukuran yang ada. Setelah proses pembuatan selesai Kaosaba baru siap dipasarkan ke konsumen yang sebagaian besar wisatawan .

SuaraBaru.id/Muharno Zarka