blank

SEMARANG – Fakultas Teknik Unissula menyelenggarakan kuliah pakar dengan menghadirkan Prof Dr Ir Buntara S Gan pada 29/8 di Ruang Program Doktor Teknik Sipil. Ia menyampaikan pada dasarnya secara geologi antara Indonesia dengan Jepang mempunyai persamaan dalam hal ancaman gempa. Mempunyai pertemuan 4 lempengan, hanya saja Jepang lebih cepat dan berpengalaman dalam hal penanganan gempa.

Secara kuantitas Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara yang sering terjadi gempa. Indonesia juga sebaiknya menggunakan standart anti gempa dari Jepang karena negara ini berpengalaman dalam menangani gempa.

“Gempa bumi bisa terjadi karena pergeseran lempengan bumi atau sisa dari gempa bumi yang dinamakan sesar-sesar atau patahan. Dan patahan sendiri mempunyai potensi menyebabkan gempa” ungkap Guru Besar dari College of Engineering Department Architecture Nihon University.

blank

Masih menurut Buntara, penanganan gempa di Jepang menerapkan teknologi anti gempa atau teknologi peringatan dini gempa yaitu smartphone. Jadi setiap terjadi potensi gempa akan di informsikan potensi gmpa mulai dari skala 0, 1, 2, hingga 7 sekalipun. Jadi masyarakat sudah dapat informasi sebelum efek gempa terjadi.

Dalam hal struktur bangunan saja ada setidaknya tiga jenis bangunan isolasi, kontrol dan perkuatan. Bangunan isolasi menggunakan lapisan plastik dibawah pondasi atau dasar struktur banguanan sedangkan kontrol menggunakan sistem kontrol berbasis komputasi dalam merespon setiap perubahan getaran dan yang terakhir adalah perkuatan yang hanya menggunakan pondasi kuat tanpa mempertimbangkan kontrol maupun anti gempa sehingga jenis struktur ini cenderung paling rawan apabila terjadi gempa.

Dalam desain dan kontruksi sebuah bangunan kebanyakan menggunakan penelitian berbasis komputasi, sehingga lebih cepat karena dalam membuat struktur bangunan dapat di ukur menggunakan programing baik secara sistem, bahan dan implementasinya.

suarabaru.id