blank
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memberikan piagam penghargaan serta sejumlah uang tali asih atas dedikasi yang dilakukan Agus Setyawan bersih-bersih lingkungan tempat tinggalnya. Foto: Hery Priyono

SEMARANG – Agus Setyawan pemuda yatim piatu yang sehari-hari tinggal di RT 08/06 Rejosari, Semarang Timur, setiap paginya usai Salat Subuh selalu menyempatkan diri menyapu jalan, sekolah, dan masjid di sekitar tempat tinggalnya.

Bahkan, setelah pulang kerja pun dirinya kembali menyapu jalan di sekitar masjid hingga Maghrib, dan setelah Salat Isya’ dirinya melanjutkan menyapu halaman Masjid. Semua dikerjakan Agus tanpa pamrih dan tanpa ada yang menyuruh sejak remaja.

Atas kontribusinya dalam merawat kebersihan lingkungan, dan potensi untuk menjadi role model untuk masyarakat luas, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi secara langsung memberikan penghargaan kepada Agus, Kamis (29/8).

“Saya trenyuh pas tahu ada warga yang secara ikhlas dan sukarela mau bersih-bersih lingkungan secara sukarela tanpa pamrih, bahkan sampai dua tahun. Makanya ini sekarang saya panggil langsung secara pribadi ke ruang kerja saya,” kata Wali Kota yang biasa disapa Hendi ini kepada suarabaru.id.

Orang nomor satu di Kota Semarang ini mengatakan, awalnya tidak percaya saat mengetahui adanya kabar tersebut. Bahkan dirinya sampai memerintahkan jajarannya untuk mencari informasi lebih jauh terkait Agus Setyawan di lingkungan sekitar.

“Saya pikir tadinya ini hoaks atau bukan, namun ternyata di benar-benar konsisten. Maka ini bisa jadi contoh yang baik dan menginspirasi, apa yang dilakukan Agus tergolong sebagai pahlawan lingkungan, dia mampu memberi contoh menjaga kebersihan lingkungan dalam lingkup kecil, ini juga konsep Bergerak Bersama,” katanya.

Agus Setyawan sendiri saat diwawancarai suarabaru.id mengaku dirinya tergerak untuk bersih-bersih lantaran ingin melihat lingkungan tempat tinggalnya bersih dan terawat. Selama dua tahun dirinya tidak mendapat bayaran atau meminta upah kepada warga sekitar yang kebetulan halamannya dia bersihkan.

“Ya saya tergerak saja, tidak ada yang kasih perintah. Saya cuma ingin lingkungannya bersih. Biasanya selesai Subuhan saya nyapu jalan, halaman masjid dan sekolah, lalu berangkat kerja. Habis pulang kerja nyapu lagi hingga Maghrib,” ujar pemuda 34 tahun yang kesehariannya bekerja di Kawasan Industri Kaligawe.

Suarabaru.id/Hery Priyono