blank

SEMARANG  – Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang  Krisseptiana Hendrar Prihadi, SH,MM mengharapkan, sekolah berperan aktif memberikan edukasi kepada anak-anak  memanfaatkan  digital sehingga  mereka memiliki ketahanan  sejak dini. Harapan itu diungkapkan saat memberi  penguatan kepada sekitar 100 siswa perwakilan beberapa SMP,  PPT Kecamatan dan Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak Kelurahan di Wisma Perdamaian  Senin (5/8) .

Kegiatan  diselenggarakan oleh Yayasan Anantaka bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang dengan tema “Membangun Ketahanan Digital Sejak Dini”. Sebagai pembicara  Andy Bangkit  Setiawan,M.A.,Ph.D; Akhriyadi Sofyan, Dr. Arri Handayani.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang  Drs Mukhamad Khadik,M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa kita semua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. “Menjadikan anak sebagai generasi yang tangguh untuk bekal  menghadapi masa depan” tandas Khadik.

Sementara itu Direktur Yayasan Anantaka, Tsaniatus Solihah mengatakan,  dunia digital adalah budaya bagi anak-anak di era milenial. Orang dewasa tidak bisa melarang atau menghentikan. “Yang diperlukan bagi anak-anak adalah pengetahuan, pemahaman dan pengajaran tentang digital agar mempunyai ketahanan  dan terhindar dari pengaruh negatif media  digital”. tandas Tsaniatus.

Diuraikan lebih jauh, informasi layak anak merupakan hak setiap anak, sesuai dengan yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak . Banyak cara untuk mendapatkan informasi, baik dengan media konvensional atau pun digital.

Perkembangan dunia digital adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dibendung. Kecepatan informasi yang disajikan menjadikan orang  seolah –olah dituntut untuk update dan selalu menggunakan dunia digital.

“Apakah pengetahuan tentang pemanfaatan dunia digital sebanding dengan kecepatan informasi tersebut? Apakah anak-anak dan masyarakat sadar dan mengetahui bagaimana memanfaatkan dunia digital dan bagaimana risiko nya?

Menurut Tsaniatus Solihah, penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Riset di Childwise menunjukkan bahwa anak masa kini rata-rata menghabiskan waktu 6,5 jam perhari untuk beraktivitas dengan gadget. Ini menunjukan hampir sepertiga waktu dalam sehari digunakan untuk mengakses digital media.

“ Kita tidak mungkin melarang anak-anak menggunakan digital media karena ini merupakan kemajuan teknologi yang harus diikuti . Revolusi Industri 4.0 yang sudah mulai berdengung kencang dan semakin cepat semua orang untuk cakap menggunakan media digital. Media digital merupakan budaya baru untuk anak-anak. Kini di beberapa belahan dunia, mulai banyak dicanangkan apa yang disebut sebagai Digital Resilience (ketahanan digital- red)., Kata Tsaniatus Solihah

Ketahanan digital didefinisikan sebagai penanaman daya emosional yang diperlukan untuk  mengerti risiko ketika berada di dunia maya  atau internet, tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi risiko yang ditimbulkan sehubungan dengan interaksi di dunia maya, belajar dari pengalaman, mengerti cara pemulihan jika terjadi kesalahan yang dilakukan di dunia maya.

Pada prinsipnya, yang perlu dilakukan adalah bagaimana menjadikan anak-anak mandiri menggunakan media digital, memberikan edukasi ke anak-anak agar mereka bisa memanfaatkan media digital dengan baik. Orang tua, Sekolah dan masyarakat mempunyai tanggung jawab , tandas Tsaniatus Solihah .(suarabaru.id/Humaini As)