blank
Sekda Kebumen Ahmad Ujang Sugiono didampingi Kepala Pelaksana BPBD Eko Widianto dan Kabag Humas Setda Budhi Suwanto menyampaikan jumpa pers Ekspedisi Destana Tsunami di ruang Press Center, Jumat 26/7.(Foto:Suarabaru.id/Komper Wardopo)

KEBUMEN –  Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo dijadwalkan hadir pada sosialisasi bencana tsunami bertajuk Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami Regional Jawa di Pantai Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kebumen, pada 31 Juli mendatang.

Sekda Kebumen H Ahmad Ujang Sugiono SH didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kebumen Drs Eko Widianto dalam jumpa pers bersama awak media yang dipandu Kabag Humas Setda Kebumen Drs Budhi Suwanto MSi, Jumat (26/7) siang, di Press Center mengungkapkan, ekspedisi bertujuan mewujudkan masyarakat tangguh menghadapi bencana tsunami. Kegiatan ini berlangsung sejak 12 Juli- 17 Agustus dari  Banyuwangi sampai Pantai Anyer Banten.

Menurut sekda, kegiatan ekspedisi itu akan melewati  lima provinsi, 24 kabupaten dan kota 148 kecamatan serta 584 desa di kawasan pantai selatan Jawa.  Ekspedisi tersebut bukan sekadar seremonial, namun di setiap titik diisi berbagai kegiatan dan sosialisasi.  Intinya bukan untuk menakut-nakuti masyarakat, melainkan justru mengingatkan semua pihak bahwa di pantai selatan Jawa  ada risiko  bencana gempa besar dan tsunami sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada semua pihak, baik orang dewasa hingga anak-anak.

Ujang menyatakan, Kabupaten Kebumen termasuk dalam wilayah ekspedisi, akan disinggahi tim selama  dua hari 30-31 Juli mendatang.  Dua lokasi kegiatan dipusatkan di Kecamatan Ambal dan Puring diisi berbagai kegiatan. Antara lain  sosialisasi bencana, penanaman mangrove, sarasehan dan hiburan.

Pihaknya berharap melalui ekspedisi itu bisa menyiapkan masyarakat desa-desa di kawasan pesisir selatan agar siap siaga dan mampu menyelamatkan diri manakala terjadi tsunami besar.  Kegiatan tersebut butuh dukungan semua pihak, baik tokoh masyarakat, akademisi, organisasi masyarakat,  pakar hingga media massa guna medukung masyarakat agar selalu siaga menghadapi bencana.

Ambal dan Puring

Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kebumen Eko Widianto mengungkapkan, pada 30-31 Juli Kebumen menjadi tuan rumah kegiatan Ekspedisi Destana Tsunami Regional Jawa 2019. Kegiatan tersebut akan dikonsentrasikan di tenda-tenda lapangan,  melibatkan sekitar 2.500 warga dari berbagai pihak, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi dan media massa.

Menurut Eko Widianto, beberapa kegiatan ekspedisi yakni penguatan aparatur desa dan kecamatan serta Babinsa dan Babinkamtibmas terkait desa tangguh bencana. Meliputi penjelasan konsepsi desa tangguh bencana, standar pelayanan minimal bidang penanggulangan bencana,  penggunaan dana desa untuk penguatan Destana serta karakteristik ancaman gempa dan tsunami. Selain itu ada kegiatan  relawan goes to school, penilaian ketangguhan desa bencana dan penanaman mangrove, pertunjukan dan hiburan  serta penjelasan  pakar.

Eko mengakui, dari 57 kilometer garis pantai di Kebumen meliputi  8 kecamatan dan 31 desa. Berdasar data 2015 jumlah warga pantai selatan Kebumen yang paling rawan terkena tsunami 60.404 jiwa. Pihaknya telah memasang sebanyak 50 alat  early warning system (EWS) dan tahun 2019 ini dipasang 4 EWS. Untuk rambu evakuasi telah dipasang di tiap desa meski jumlahnya masih kurang.”Kami berharap pemerintah desa ikut menganggarkan melalui dana desa untuk membuat rambu. Sebab dari 31 desa  di pesisir sudah memiliki peta jalur evakuasi  sehingga harus terus disosialisasikan kepada warga,”imbuh Eko.

Di sisi lain, Kepala Pelaksana BPBD Kebumen menyatakan, masih ada kekurangan dalam hal rumah aman bencana untuk menampung warga atau shelter. Namun pihaknya didukung BPBD Provinsi telah menyusun rencana  kontijensi (rekon) bencana guna mengurangi risiko bencana di masa depan. Termasuk melalui penataan ruang di kawasan rawan bencana. ”Kami perkirakan bila terjadi tsunami besar di pantai selatan titik evakuasi di Jalan Diponegoro atau jalan baru paling selatan,  dari garis  pantai  hanya 500 meter,”tandas Eko.

Suarabaru.id/Komper Wardopo.