blank
Tidak hanya sepeda motor tua saja yang diminatinya, sepeda tua juga menjadi andalan Iptu Afandi saat berpatroli di jalur protokol Kota Purwodadi. Foto: Hana Eswe.

GROBOGAN – Suara ‘klenong-klenong’ terdengar nyaring di tengah hiruk pikuk aktivitas Senin (22/7) pagi.  Suara tersebut berasal dari sebuah lonceng yang terpasang di atas sepeda tua merek gazelle milik Kanit Regident Satlantas Polres Grobogan Iptu Afandi.

Kendaraan sederhana tersebut menjadi alat transportasi yang kerap dipergunakan Iptu Afandi saat melakukan patroli di jalur protokol Kota Purwodadi. Pria yang pernah menjabat sebagai Kanit Turjawali ini menggunakan jenis sepeda yang berbeda dipakai personel lainnya.

Terlihat beberapa warga menyambut hangat sapaan pria asal Temanggung tersebut. Rata-rata mereka adalah penyapu jalan, tukang becak, bakul pecel, sopir, dan para pelajar yang hendak bersekolah. Sebagian dari mereka menuturkan keramahan yang diberikan Iptu Afandi saat berpatroli.

“Kalau sudah dengar suara klenong-klenong ini mesti ada Pak Polisi yang lagi patroli naik sepeda. Saya senang disapa dengan dia. Serasa di-uwongke sama aparat,” kata Karmin, tukang becak.

Mendapat komentar tersebut, Iptu Afandi tetap rendah hati. Menurutnya, patroli dengan sepeda ini memang bertujuan agar lebih dapat mendekatkan diri kepada warga sekitar.

“Sejak tahun 2015 ini, saya sudah menggunakan sepeda onthel untuk berpatroli keliling kota. Saat itu saya bertugas sebagai Kanit Dikyasa. Dari situ, saya lebih suka menggunakan sepeda saat patroli. Saya akhirnya juga beli sepeda tua ini. Meski pakai sepeda, saya tetap gunakan alat keamanan dalam bersepeda seperti helm. Asyik saja karena merakyat dan tidak terlalu mewah. Bisa dekat langsung dengan warga. Jadi, ada interaksi setiap hari dengan warga lewat patroli menggunakan sepeda ini,” tutur pria yang sehari-hari berkantor di Samsat Grobogan ini.

blank
Iptu Afandi menyapa pengguna jalan saat berhenti di Jalan Bhayangkara Purwodadi. Tidak jarang, para pengemudi membalas sapaannya dengan bunyi klakson sebagai tanda kedekatan antara masyarakat dan polisi. Foto : Hana Eswe.

Meski saat ini berada pada era digital, Iptu Afandi tetap memasukkan unsur tradisional pada saat mengemban tugasnya. Dua moda transportasi seperti sepeda tua dan sepeda motor jadul Yamaha RD 125 menemaninya saat berpatroli keliling kota. Tidak ada kesan lelah menggenjot sadel sepeda tersebut, justru Afandi menganggap sudah biasa bersepeda sejak SMA.

Afandi menceritakan, saat itu dirinya meminta sepeda motor. Namun, kedua orang tuanya hanya dapat memberikan sepeda onthel sebagai alat transportasinya saat sekolah di SMAN 3 Temanggung. Kini, sepeda yang ditungganginya itu disebutnya TSM alias transportasi sehat merakyat.

“Menurut saya, era modern memang harus karena saat ini sudah jaman digital, tetapi tidak serta merta budaya yang dahulu dihilangkan kalau itu memang baik. Contohnya ya ngonthel seperti ini sebab bisa lebih mendekatkan pada masyarakat. Jadi, kenapa kita harus malu melaksanakannya,” tambah ayah dua anak ini.

Iptu Afandi memaparkan, meski hanya dengan sepeda, dirinya juga ikut memberikan contoh kepada masyarakat untuk tertib berlalu lintas.

“Meski hanya naik sepeda tetapi harus tetap tertib berlalu lintas. Kalau jalurnya searah, ada baiknya tidak melawan arus supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” imbau Iptu Afandi.

Saat ini, masih ada beberapa warga yang menggunakan sepeda untuk aktivitas sehari-hari. Namun, banyak ditemukan juga mereka tidak mengikuti aturan yang diberlakukan bagi seluruh pengendara. Terutama di sisi sebelah timur Jalan R. Suprapto yang kerap dipergunakan pesepeda untuk melawan arus di jalur yang sudah searah.

suarabaru.id/Hana Eswe.