blank
'Kali Maling' kondisinya memprihatinkan karena kering kerontang sejak kemarau pertengahan tahun 2019. (Foto : Erna)

UNGARAN – Memasuki musim kemarau di pertengahan tahun 2019 ini, mulai berdampak luas di wilayah Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Ketersediaan air bersih pun sangat minim.

Camat Bancak Febru Suryanto S.sos M.si menjelaskan, hampir semua wilayah di Kecamatan Bancak sudah mulai mengalami kekeringan.

“Karena memang kontur tanah di wilayah kami bahkan sudah melalui penelitian sangat sulit bahkan tidak mungkin mendapatkan air dari sistem bor bawah tanah,” kata Febru Suryanto, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (17/7).

Pihak kecamatan diakui Febru terus memantau wilayah perdesaan yang selama ini kerap mengalami krisis air bersih saat puncak musim kemarau.

“Setidaknya ada sejumlah desa yang menjadi langganan krisis air di wilayah kami,” ungkapnya.

Antara lain, jelasnya, meliputi Desa Boto, Bancak serta Desa Wonokerto. Berdasarkan laporan masing- masing desa sejumlah mata air dan sungai di wilayah ini sudah mengering.

Meski sejauh ini belum ada permintaan droping air bersih, pihaknya terus berkoordinasi dengan perangkat desa masing- masing.

Permintaan air bersih di sejumlah desa di Kecamatan Bancak mulai tinggi. Karena memang tidak ada sumber mata air.

“Kami telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang untuk mengirimkan droping air bersih,” tandasnya.

Ia menambahkan, kekeringan di wilayah Kecamatan Bancak juga menyebabkan irigasi berdampak. Bahkan, sungai di kawasan Desa Plumutan atau warga akrab menyebut sebagai ‘Kali Maling’ kondisinya kering kerontang.

Kondisi ini sangat memprihatikan, mengingat ‘Kali Maling’ juga menjadi ujung tombak kehidupan warga dalam hal pengairan dan penghidupan bertani dan ternak.

Suara baru.id/ Erna