blank
: Waduk Tempuran sayap barat mulai mengalami pendangkalan dan mengering, menjadikan latihan atlet dayung Blora tidak maksimal. (Foto : Wahono)

BLORA – Atlet dayung PODSI Blora menghadapi kendala latihan. Menyusul Waduk Tempuran, waduk yang selama ini digunakan untuk base-camp, dan latihan sekitar 51 atlet dalam kondisi mengering.

Air baku waduk eks peningalan Belanda yang berlokasi di Desa Tempuran, Kecamatan Kota Blora, Minggu (7/7/2019), sudah sangat minim dan hanya tersisa di sisi sayap barat.

“Air sangat minim, bahkan waduk sisi timur sudah mengering, latihan anak-anak terkendala,” jelas pelatih Kepala PODSI Kabupaten Blora, Sukiman.

Agar fisik atlet tetap terjaga, sebagian atlet mulai beralih di darat (tanggul) waduk, ada yang latihan fisik beban, lari dari ujung barat ke timur hingga lokasi parkir kendaraan.

‘’Sebagian lagi, ada yang latihan mengayuh otot kaki serta tangan dengan peralatan kayuh mechanic dan alat manual seadanya,’’ tambah Sukiman didampingi asisten pelatih, Sujoko.

“Sebagian memang masih bisa latihan di air, namun tidak maksimal, karena waduk sangat dangkal,” tambah Sukiman.

Diakuinya, dengan mengeringnya Waduk Tempuran berdampak pada performa atlet, karena selama ini pedayung Blora rajin latihan lima kali sepekan dan sehari dua kali (pagi dan sore) untuk atlet seniornya.

blank
Kondisi saat ini Waduk Tempuran sayap sisi timur, sudah lama mengering, dan tidak bisa untuk latihan atlet dayung Blora. (Foto : Wahono)

Jaga Stamina

Menurut Sukiman, sudah sekitar dua  pekan atletnya tidak bisa maksimal dalam latihan mendayung di air, tapi harus tetap menjaga stamina atlet.

“Ya bagaimana lagi, memang kondisi waduk seperti ini, dangkal dan membuat latihan tidak maksimal,” kata Sukiman.

Kekeringan Waduk Tempuran diperkirakan berlangsung berbulan-bulan. Pengurus PODSI mencoba mencari solusi untuk atletnya, mencoba survey ke waduk milik pabrik gula (PG) PT Gendhis Multi Manis (PT GMM) di Todanan.

Selain di PT GMM, kata Sukiman, akan mengecek Waduk Greneng, di Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora, karena menurut informasi airnya masih memadai untuk program latihan.

“Waduk Greneng berjarak 18 kilometer, Waduk PT GMM 32 kilometer dari Kota Blora, ini yang perlu pemikiran lagi soal biaya operasionalnya,” bebernya.

Di Blora, olahraga dayung menjadi cabang olahraga (cabor) andalan Blora selain atletik, angkat besi/berat, panjat tebing, panahan dan beberapa cabor lainnya.

Untuk menjaga prestasi dan reputasi sebagai gudangnya atlet dayung potensial di Jateng, pelatih dayung Blora kini serius melakukan regenerasi.

‘’Pedayung muda kami cukup banyak, fokus saat ini membina anak-anak untuk menjadi atlet dayung,’’ ujar Sukiman.

Selama ini, tambahnya, setiap hari para pedayung kumpul dan berlatih di Waduk Tempuran. Mereka terdiri dari campuran atlet senior dan junior. Atlet dayung tertua usia 38 tahun, juniornya termuda berusia 10 tahun.

Diperoleh informasi, keringnya waduk selain karena faktor alam dampak musim kemarau dan pengerukan sedimen/endapan lumpur, sehingga stok air baku yang sudah minim harus dialirkan untuk lahan pertanian warga.

Suarabaru.id/Wahono