blank
Kepala Bappeda Kota Magelang Joko Soeparno saat menyampaikan materi di depan FGD Penyusunan Policy Paper Program Magelang Kota Sejuta Bunga yang diselenggarakan Dewan Riset Daerah (DRD) setempat, (Humas Pemkot Magelang)

 

MAGELANG- Capaian program ‘Magelang Kota Sejuta Bunga’ (MKSB)  yang dicanangkan Wali Kota Sigit Widyonindito pada tahun 2011 masih rendah. Maka terus ditingkatkan melalui masterplan 2019-2024.

Penjelasan itu disampaikan Kepala Bappeda Kota Magelang Joko Soeparno,  pada Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Policy Paper Program Magelang Kota Sejuta Bunga yang diselenggarakan Dewan Riset Daerah (DRD) Kota Magelang di Kantor Balitbang, Senin (1/7).

Kegiatan ini diikuti Ketua DRD Eny Boedi Orbawati beserta anggota, Ketua Dharma Wanita Persatuan Ny Dwi Arni Joko Budiyono, perwakilan OPD terkait, Dosen Universitas Muhammadiyah Magelang Ns Robiul Fitri Masitoh MKep, Dosen Fisipol Universitas Tidar RM Mahendradi SH MSi dan Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang (KTM). FGD ini dibuka Kepala Balitbang Kota Magelang Arif Barata Sakti.

Kepala Bappeda menceritakan, MKSB baru muncul pada semester kedua tahun 2011, selanjutnya masuk masterplan 2014-2019 dikuatkan dengan Perda 11/2014. ‘’Branding ini dicantolkan dengan  program makro Kota Magelang,’’ ujarnya.

Menurutnya, Konsekuensi dari program MKSB berat. Selain itu, kita juga mencari branding yang seksi seperti daerah ain. ‘’Sampai saat ini kita belum punya branding daerah seperti halnya ‘Jateng Gayeng’. Bahkan Boyolali sudah memilikinya,’’ tuturnya.

Joko menerangkan, brand sebuah kota merupakan alat untuk menawarkan potensi yang dimiliki sebuah daerah. Diberi nama MKSB karena dimulai dari Taman Kyai Langgeng yang dulunya bernama ‘taman bunga’.

‘’MKSB tidak hanya aspek fisik, tetapi juga aspek ekonomi dan sosial budaya. Aspek fisik antara lain dibangun taman-taman terutama di pertigaan, lajur (pinggir) jalan dan sebagainya. Aspek ekonomi masih kita kejar, antara lain melalui agribisnis budi daya anggrek,’’ terangnya.

Dosen Untidar Mahendradi mengusulkan agar Taman Tanggul Kali Kota menjadi display Magelang Kota Sejuta Bunga. Dia juga bertanya apakah MKSB bisa terus berjalan jika Wali Kota Magelang  ganti. Karena jabatan Sigit akan berakhir pada Februari 2021,

Joko tidak keberatan dengan usulan Taman Tanggul Kali Kota menjadi display MKSB. Hal itu perlu dibicarakan dengan instansi terkait. ‘’Dari sisi formil pengganti Pak Sigit harus meneruskan karena MKSB sudah dikuatkan dengan  Perda 11/2014  dan sudah masuk masterplan 2019-2024. Saya optimis bisa diteruskan,’’ tegasnya.

Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang Bagus Priyana menerangkan, dari berbagai literatur yang dibacanya, sejak zaman Belanda Kota Magelang dikenal sebagai kota bunga.

‘’Antara lain disebut Tuin Van Java (Taman di Pulau Jawa), kemudian Paradijs Van Java (Surganya Pulau Jawa) dan Het Centraal Park Van Java (Taman di Tengah Pulau Jawa),’’ tuturnya.

Dia menambahkan, Taman Badaan yang ada sampai sekarang, dulu digunakan untuk tempat minum teh orang-orang Belanda sambil menikmati pemandangan Gunung Sumbing. Bahkan mulai Poncol sampai Menowo dulunya taman bunga, sekarang menjadi  Taman Tanggul Kali Kota.

‘’Jadi sejak tahun 1930 Magelang sudah berkembang menjadi kota bunga. Maka kita perlu belajar kepada masa lalu,’’ tegasnya. (hms)

Editor : Doddy Ardjono