blank
Para penjual makanan tradisional khas Kebumen berjualan di Pasar Jaten di belakang objek wisata pemandian air panas Krakal, Alian, Minggu 30/6. (Foto:Suarabaru.id/Komper Wardopo

KEBUMEN – Wisata Air panas Krakal di Kecamatan Alian, sekitar 12 kilometer dari pusat Kota Kebumen ke utara, sudah tersohor sejak zaman Belanda. Belakangan objek wisata yang airnya dikenal bisa  menyembuhkan berbagai penyakit itu kurang diminati.

Namun dewasa ini pamor pemandian air panas Krakal seolah moncer kembali, setelah muncul ide kreatif menghidupkan pasar pagi di kawasan kebun jati di belakang objek wisata air panas tersebut. Pasar pagi di areal tanah milik dr Bambang Gunawan SpOG itu lebih dikenal  sebagai Pasar Jaten.

Tiap Minggu pagi, Pasar Jaten seolah hidup. Di kawasan pekarangan yang ditumbuhi pohon jati itu menghidangkan aneka dasaran jajanan dan makanan tradisional khas Kebumen.  Mula dari lotek dan pecel, nasi kuning, nasi uduk, soto. Jajanan tradisional cukup lengkap ada ketan hitam, juadah, sengkulun, apem, onde-onde hingga singkong goreng. Ada pula cenil, golak dan tentu saja tahu Krakal serta gethuk singkong.

Selain itu ada jenang candil, clorot, minuman segar seperti dawet, cincau, teh, kopi hingga, degan. Cara jajan di area Pasar Jaten Krakal ini juga unik. Pengunjung yang datang harus menukar uang rupiah dengan  koin. Tiap koin seharga Rp 2.000. Saat belanja  jajanan atau makanan, pengunjung menukarkan koin kepada penjual di tiap kedai atau dasaran.

Pengunjung pun  tak perlu repot karena disediakaan tas dari anyaman bambu untuk membawa makanan. Kemudian untuk menikmati makanan di tempat bisa memakai daun pisang atau pincuk, bisa pula dengan piring. Untuk menyemarakkan pengunjung ada hiburan musik tek-tek.

Makin siang pengunjung kian ramai. Bagi orang tua yang membawa anak juga disediakan fasilitas untuk mewarnai gambar. Untuk remaja yang ingin uji nyali,  ada wahana jalan kaki melewati tali, serta arena outbound dan fliying fox sederhana di sela-sela pohon jati.

Seoran pegunjung asal Kebumen, Ny Nuryati (48) mengaku senang adanya Pasar Jaten yang menyediakan makanan tradisional bisa melengkapi objek wisata air panas Krakal. Dia dan keluarga kadang sarapan pagi sambil refreshing  di Pasar Jaten. Jajanannya cukup lengkap. Kalau pun ada yang kurang yakni fasilitas untuk tempat duduk bagi pengunjung dan tempat cuci tangan. Ia menyarankan kepada pengelola dan pedagang makanan perlu menjaga kualitas dan higienis makanan, serta mempertahankan keaslian bahan makanan tradisional.

Mengobati Penyakit

Di sisi lain di objek wisata air panas Krakal dewasa ini pengunjungnya semakin bertambah. Tidak jarang bagi keluarga yang berkunjung ke Pasar Jaten sekalian mandi di air panas Krakal. Sayangnya, dari 20 kamar mandi  tidak semua bisa dipakai untuk mandi.

Menurut penuturan Suprapto (50), karyawan objek wisata pemandian Krakal, tiket masuk plus asuransi Rp 4.000 dan bagi yang mandi air hangat tiketnya Rp 12.000.”Namun dari 20 kamar mandi yang ada, hanya 15 yang bisa dipakai. Ada beberapa kamar air panasnya tidak sampai karena saat kemarau begini debit airnya menurun,”jelas dia.

Di kawasan pemandian air panas Krakal kini terus dibenahi Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen. Bahkan halaman depan semakin dipercantik dan disediakan panggung terbuka. Wajah objek wisata itu pun terus  dipoles dengan arsitektur bergaya klasik.  Di dalam kompleks ada aula serta musala dan toilet serta wahana air bagi anak-anak.

Menilik mitos dan sejarah pemandian air panas Krakal yang dikutif dari berbagai laman berita, khasiat air panas di Desa Krakal Alian Kebumen itu telah dikenal sejak zaman Majapahit. Pada 1891 pengusaha hotel Belanda, bernama M Flekker datang ke Krakal dan dengan naluri bisnis dia mendirikan hotel dan memasang iklan di beberapa Koran di Jawa. Namun dia tak melanjutkan usahanya dan menjual ke R Zuijderhoff yang  mengiklankan lagi ke surat kabar. Tak lama kemudian seorang dokter Belanda dari Magelang Van Effen menulis di koran “De Locomotief”. Dia menulis kesaksiannya setelah membaca penelitian dari dr Kurnet Baumgarten pada 2 April 1883 bahwa pemandian air panas Krakal tidak berbau, airnya jernih, berasa asin atau pahit serta bersifat netral. Gelembung terus menerus dari dalam air.

Penelitian apoteker militer kala itu juga  menunjukkan, air panas Krakal mengandung chlorine atrium, kalsium, kalium, magnesium, dan silica. Suhu air berkisar 39 sampai 40 derajat celcius. Menurut Dr Baumgarten, debit air panas Krakal saat itu 46,7 liter per detik. Kesimpulan penelitian yang kemudian dipopulerkan dr Van Effen itu yakni air panas Krakal sangat cocok untuk pengobatan orang-orang Eropa. Bahkan air hangat tersebut  bisa menyembuhkan berbagai penyakit, mulai wasir, pembengkakan hati dan limpa menahun, peradangan pada organ seks wanita, rematik, penyakit kelenjar hingga obesitas.

Bisa dimengerti bila di zaman Kolonial Belanda pernah  ada pendeta yang mengelola  wisata Krakal  sembari melakukan misi Zending. Sebab kala itu pemandian air panas Krakal diperuntukan bagi bangsawan Eropa, pegawai Kolonial hingga pribumi. Kala itu bagi pribumi yang kurang mampu mandi gratis.

Nah, rasanya tidak lengkap bila berwisata ke Kebumen tidak mampir ke air panas Krakal sembari bernostalgia. Sebaiknya datanglah di hari Minggu sehingga bisa menikmati jajanan tradisional sembari berobat berbagai penyakit di air panas tersebut atau sekadar relaksasi. Apalagi sekarang musim  kemarau udara dingin sehingga mandi air panas Krakal terasa pas.

Suarabaru.id/Komper Wardopo