blank
Cuaca dingin di kawasan Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) kian menurun hingga mencapai minus 9 derajat celcius. Seorang wisatawan tampak tengah mengukur suhu dingin di Dieng. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO – Dataran Tinggi Dieng (dieng plateau) terus dilanda hawa dingin. Embun yang membeku menjadi es dan menempel di dedaunan kian meluas.

Jika bun upas sebelumnya hanya ada di kawasan Candi Dieng, kini terus menyebar ke kawasan lain.

Hampir semua daerah wisata di Dieng diselimuti embun es. Hamparan lahan wisata dan pertanian pun tampak memutih.

Pemandangan langka tersebut selalu terjadi di saat musim kemarau tiba di Bulan Juni hingga Agustus setiap tahunnya.

Kepala UPT Objek Wisata Banjarnegara, Aryadi Darwanto mengatakan selama beberapa pekan di bulan Juni suhu udara di Dieng berada dibawah 0 derajat celcius.

Setiap hari penurunan suhu dingin terus terjadi hingga mencapai minus 5 derajat celcius.

“Bahkan hari ini, Senin (24/6), suhu udara sempat ekstrem karena mencapai minus 9 derajat celcius. Ini adalah suhu paling rendah. Tahun-tahun sebelumnya hanya berkisar minus 7 derajat celcius. Kawasan Dieng pun kian membeku”, katanya.

Suhu terendah, imbuhnya, ada di kompleks Candi Dieng. Sedang di pemukiman warga jika kompleks Candi Dieng suhu dibawah 0, suhu di pemukiman warga masih di atas 0. Bila di kompleks Candi Dieng suhu minus 9 di kawasan penduduk minus 5 derajat celcius.

Embun es yang kian meluas pun mulai dikhawatirkan oleh petani setempat. Karena jika lahan petani ikut dilanda bun upas tanaman kentang bisa layu, kering dan mati.

“Selama embun es masih di kawasan wisata sebenarnya masih aman. Tapi kalau bun upas melanda ke areal pertanian, inilah yang dikhawatirkan warga, karena tanaman kentang bisa mati sebelum dipanen,” ujar Ahmad Izudin, petani asal Desa Sembungan Kejajar Wonosobo.
Objek Wisata Baru
blank
Wisatawan menunjukan es yang di dapat di kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) akbibat suhu udara dingin yang terus menurun. (Foto: SuaraBaru.id/Muharno)
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dipartabud) Wonosobo, Drs One Andang Wardoyo MSi mengatakan sejak embun es mulai menyelimuti kawasan Dataran Tinggi Dieng, banyak wisatawan yang mendatangi Dieng dini hari untuk menyaksikan kemunculan bun upas.

“Para wisatawan dan fotografer naik ke Dieng dini hari karena ingin mengabadikan fenomena langka dan unik. Meski dengan udara yang dingin sekali mereka nekat menerobos embun pagi demi menadapatkan foto terbaik,” katanya.

Hanya saja, One Andang mengimbau, bagi wisatawan yang akan mengabadikan embun es di pagi di Dieng harus benar-benar mempersiapkan diri dengan baik. Wisatawan harus mengenakan jaket tebal, penutup kepala, sepatu, kaos tangan dan masker.

“Jika tidak mengenakan pakaian standar di dataran tinggi dengan suku minus, tubuh bisa tidak kuat karena rasa dingin yang luar biasa. Bibir bisa pecah-pecah dan kulit wajah terasa pedih setelah kena panas sinar matahari,” sebutnya.

Lantaran embun es meluas ke lahan pertanian, beberapa petani kentang di Dieng pun pagi-pagi sudah sampai lahan mengecek tanaman kentang terkena bun upas atau tidak.

Mereka berupanya menyemprot bun upas di daun tanaman kentang dengan air.

“Penyemprotan bun upas dilakukan agar embun es tidak terlalu lama menempel di daun tanaman kentang. Jika bun upas sampai lama menempel, daun tanaman kentang bisa layu dan menyebabkan mati,” beber Ahmad Ghodin, salah satu petani di Dieng.

Meski bun upas yang menyerang tanaman masih tipis dan belum begitu membahayakan tapi bila suhu udara Dieng terus menurun bukan tidak mungkin ketebalan embus es akan bertambah, dan menyebabkan daun tanaman kentang cepat layu.

SuaraBaru.id/Muharno