Ratusan Sastrawan Muda Ramaikan Festival Sastra Jateng
SELEKSI - Proses penjurian lomba penulisan sastra oleh dewan juri di Basilia Cafe Semarang. (ist.)

SEMARANG – Pemprov Jateng membuat gebrakan dengan menggelar Festival Sastra Jawa Tengah. Festival bertema “Jawa Tengah Rumahku” ini akan menjadi ajang silaturahmi sekaligus unjuk kompetensi para sastrawan muda di provinsi yang dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo ini.

Menyambut gelaran yang baru pertama kali ada ini, antusiasme peserta terbilang menggembirakan. Total peserta tercatat 327 orang untuk empat tangkai lomba. Rinciannya tangkai baca puisi 80 peserta, penulisan puisi 110 peserta, penulisan cerpen 105 peserta, dan penulisan lakon 32 peserta.

Ratusan Sastrawan Muda Ramaikan Festival Sastra JatengKhusus untuk baca puisi panitia melakukan penyaringan oleh sebab membludaknya jumlah pendaftar. Tercatat ada 139 pendaftar khusus baca puisi hingga hari terakhir pendaftaran pada 15 Juni lalu.

“Karena terbatasnya waktu lomba yang cuma sehari maka peserta kita batasi 80 orang. Maka kita saring berdasarkan asal daerah untuk memunculkan keterwakilan dari tiap-tiap kabupaten kota,” kata Ketua Dewan Juri Khotibul Umam, di sela-sela temu teknik dan pengundian peserta Festival Sastra Jateng di Auditorium RRI Semarang, Jumat (21/6).

Ratusan peserta ini merata dari seluruh Jawa Tengah. Peserta terbanyak dari Kudus 32 peserta dan Jepara 30 peserta, diikuti Semarang 26 peserta.

Umam melanjutkan, khusus lomba penulisan cerpen, puisi, dan naskah lakon, para peserta mengirimkan berkas pendaftaran maksimal 8 Juni. Karya-karya itu dinilai oleh para juri yang kompeten di bidangnya. Yakni; Hanindawan (teaterawan), Bandung Mawardi (essais), dan Triyanto Triwikromo (sastrawan).

Sedangkan lomba baca puisi dilaksanakan pada Sabtu (22/6) di Auditorium RRI, Jalan Ahmad Yani Semarang. Para peserta akan berkompetisi di bawah penilaian tiga dewan juri. Yakni Laura Andri (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Undip), Apito Lahire (teaterawan), dan Sosiawan Leak (teaterawan, penyair).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jumeri menambahkan, festival sastra merupakan bagian dari pembinaan para peminat sastra muda. Karena itulah gelaran ini membatasi usia peserta maksimal 35 tahun.

“Harapannya yang ikut ya yang muda-muda, baik pelajar, penyair muda, dan mahasiswa yang menggeluti dunia sastra, yang jelas akan berkelanjutan,” katanya.

Dalam pelaksanaannya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah bekerja sama dengan Anantaka Cultural Trust, sebuah yayasan yang bergerak di bidang seni budaya dan pendidikan anak.

Direktur Anantaka Cultural Trust Anton Sudibyo mengungkapkan, festival sastra pada titik tertentu adalah sebuah kebutuhan untuk merangsang gairah berkreasi dan membangun atmosfir kesenian yang dinamis.

“Ini sebuah awal yang baik, harapannya tentu saja festival ini bisa berkelanjutan, semakin baik, dan prestise nya semakin tinggi,” tegasnya.