blank
Sekretaris Kecamatan Sapuran Wonosobo Bambang Trie ikut menyaksikan proses evakuasi meninggalnya Giyoto warga Dusun Ringkuk Desa Rimpak Kecamatan Sapuran Wonosobo. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO – Setelah selama dua hari dinyatakan menghilang, Giyoto (60), warga Dusun Ringkuk Desa Rimpak Kecamatan Sapuran Wonosobo, ditemukan sudah tak bernyawa di Sungai Sijengking di desa setempat.

Kepala Desa Rimpak Sio Asih, Selasa (18/6), mengatakan sejak Senin (17/6) sekitar pukul 07.00 WIB pagi, Giyoto pergi dari rumah untuk mencari rumput di lahan milik warga Dusun Wonoroto Desa Rimpak. Rumput akan dimanfaatkan untuk memakani kambing piraannya.

“Keluarga tidak menduga kalau korban sudah meninggal. Biasanya, jika sejak pagi sudah pergi ke ladang untuk mencari rumput, siangya sudah kembali lagi ke rumah. Namun hingga siang bahkan sampai malam Giyoto tidak menampakan batang hidungnya”, kisah Sio Asih.

Karena sampai sore dan malam belum pulang ke rumah, imbuhnya, pihak keluarga dan warga
sekitar berusaha mencari ke beberapa lahan yang diduga tempat Giyoto merumput. Tapi hasilnya nihil karena korban belum berhasil ditemukan.

“Giyoto baru ditemukan warga, Selasa (18/6) sekitar pukul 07.00 WIB pagi di Sungai Sijengking, dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Korban tergeletak di tengah sungai di bawah tebing dalam posisi tidur tertelungkup,” katanya.

Semasa hidup, Giyoto sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Di sela-sela buruh, pria bertubuh tinggi besar itu, selalu mencari rumput untuk makan kambing yang dipeliharnya di rumah. Dia punya beberapa ekor kambing piraan.

Epilepsi

Keluarga korban pun merasa kaget atas penemuan Giyoto yang sudah tidak bernyawa. Sebab, ketika pergi dari rumah untuk merumput pria yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani itu, dalam keadaan sehat wal afiat dan tidak mengeluh sakit.

“Hanya saja korban selama ini memang menderita penyakit epilepsi. Penyakit tersebut beberapa kali kambuh tapi tidak sampai menyebabkan Giyoto meninggal dunia. Mungkin sebelum jatuh penyakit epilepsinya kambuh”, tutur salah satu anggota keluarganya.

Korban meninggal diduga karena terpeleset ke tebing dan kepalanya membentur batu. Sebab ada beberapa luka memar dan robek cukup parah hingga mengucurkan darah segar di bagian kepala Giyoto. Tebing tempat korban jatuh juga cukup tinggi.

Lantaran kondisi lahan sepi, saat epilepsi pria petani dan mempunyai beberapa ekor kambing itu kambuh tidak ada yang menolong. Akhirnya, dia pun terjatuh tanpa bisa meminta bantuan orang lain.

Setelah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, Giyoto pun dievakuasi oleh warga. Dari hasil visum tim medis dari Puskesmas Sapuran tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Korban meninggal murni karena kecelakaan jatuh dari tebing.

Sekretaris Kecamatan Sapuran Bambang Trie yang sempat menyaksikan proses evakuasi di tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Giyoto. Keluarga diminta ikhlas menerima musibah yang dialami korban.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka