blank
Balon udara motif batik buatan Klub Balon Singkir Jaraksari Wonosobo meraih juara umum terbang di udara. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO – Ketua Tim Yuri Java Balloon Attraction (JBA) di lapangan Desa Pagerejo Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, Agus Wuryanto S Sn mengatakan peraih juara JBA yang digelar AirNav Indonesia dan Pemkab Wonosobo merupakan balon terbaik.

“Kualitas balon yang dilombakan secara tehnik dan visual sebenarnya hampir merata. Tapi dari 104 balon yang ada beberapa yang punya tingkat kreativitas tinggi, komposisi warna yang sempurna dan bisa terbang dengan baik,” sebutnya, Minggu (16/6).

Aspek yang dinilai dalam JBA, imbuh Agus, meliputi motif atau ornamen, komposisi warna, kreativitas, bentuk dan teknik potongan, tehnik pengasapan dan mampu terbang sempurna serta punya ketahanan terbang yang stabil.

Menurut Agus, klub balon udara tradisional asal Kampung Singkir Kelurahan Jaraksari Wonosobo kembali keluar sebagai juara umum Java Balloon Attraction (JBA) yang digelar dalam rangka HUT ke-194 Kabupaten Wonosobo itu.

Tahun 2018 lalu, dalam gelaran Festival Balon Tradisional(FBT) yang digelar di Lapangan Pertamina Ngampel Wonorejo Wonosobo, balon buatan pemuda Kampung Singkir juga meraih juara umum. Balon peraih juara utama punya nilai terbaik dari semua aspek penilaian.

Sedang keluar sebagai juara 1-3 JBA, yakni group balon Pagerotan Pagerejo (Kertek), Gondang Candimulyo (Kertek) dan Kembaran (Kalikajar). Adapun balon terunik diraih group balon dari Paguan Wonolelo (Wonosobo) dan Banjaran Candiasan (Kertek).

Sedang balon terfavorit direbut group balon dari Selomerto. Penilaian lomba balon dalam JBA meliputi motiv atau ornamen balon, kreatifitas, bentuk, komposisi warna, kostum tim dan, tehnik pengasapan dan ketahanan terbang balon.Ketua Klub Balon Singkir Helmi Naufal mengaku sangat bersyukur dan bangga karena tahun ini bisa kembali mempertahankan juara umum seperti tahun sebelumnya. Persiapan dalam membuat balon butuh waktu sekitar satu bulan.

“Tidak mudah untuk mempertahankan juara balon udara. Tim butuh waktu satu bulan untuk merangkai ide hingga menjadi balon yang unik dan layak terbang. Semua itu tentu saja berkat kerja semua tim yang ada”, katanya.

Balon peraih juara umum bercorak batik dengan dominasi warna hijau. Ada kombinasi gambar topeng dengan lidah melelet dan ornamen khas keraton, berupa ukiran bunga. Balon itu, terlihat paling dominan dan menarik serta mampu terbang secara sempurna.

blank
Peraih juara Java Balloon Attraction (JBA) foto bersama setelah menerima hadiah dari AirNav Indonesia. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Bahayakan Penerbangan

Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standardisati AirNav Indonesia Yurlis Hasibuan mengapresiasi antusiasme masyarakat dalam meramaikan penerbangan balon udara tradisional dengan cara ditambat dengan tali itu, sehingga tidak bisa terbang bebas.

“Menerbang balon udara tradisional sudah menjadi budaya masyarakat Wonosobo dalam meramaikan setiap perayaan Idul Fitri. Hanya saja penerbangan balon udara tradisional tersebut sudah tidak diperkenankan dilakukan secara bebas”, katanya.

Karena penerbangan balon tradisional secara liar tersebut, imbuhnya, bisa membahayakan penerbangan pesawat udara. Karena balon udara tradisional yang terbang tinggi bisa menyangkut di mesin, sayap dan ekor pesawat atau flight control”, tandasnya.

Jika balon udara tradisional yang terbang bebas sampai menganggu pesawat udara, pesawat bisa hilang kendali. Mesin pesawat terbang yang kemasukan balon juga bisa mati, terbakar dan meledak sehingga mengancam keselamatan penumpang pesawat udara.

Yurlis menambahkan selama tahun 2018 ada sekitar 118 laporan dari pilot terkait adanya balon udara yang diterbangkan secara bebas. Tahun 2019 ini menurun menjadi 57 laporan. Ke depan diharapkan tidak ada lagi warga yang menerbangkan balon udara tanpa ditambat.

“Penurunan jumlah laporan dari pilot menunjukan bila sosialisasi penerbangan balon yang aman sudah cukup berhasil. Mudah-mudahan di waktu-waktu yang akan datang tidak ada lagi laporan dari pilot perihal adanya balon udara yang terbang bebas”, harapnya.

Menurutnya, selama ini ada tiga titik daerah yang banyak sekali ditemukan laporan penerbangan balon udara tradisional secara bebas. Tiga titik tersebut berada di atas langit Ponorogo (Jawa Timur) dan Wonosobo serta Pekalongan (Jawa Tengah).

“Wonosobo termasuk daerah yang boleh dibilang laporannya paling banyak di antara dua daerah lainnya. Karena daerah pegunungan ini merupakan lintasan padat pesawat terbang dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Jakarta”, sebutnya.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka