blank
Wakil Wali Kota Windarti Agustina saat menghadiri halal bihalal ASN Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, (Humas Pemkot Magelang)

 

MAGELANG– Wakil Wali Kota Magelang, Windarti Agustina meminta, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMP Negeri tahun ajaran ini bisa menjadi pelajaran untuk PPDB SMA/SMK yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

‘’PPDB SMP sudah cukup menguras energi, mudah-mudahan pengalaman itu bisa menjadi pelajaran dan motivasi untuk mengantaisipasi, sehingga tidak terjadi kegalauan,’’ pintanya saat halalbihalal karyawan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), kemarin.

Dia juga meminta dukungan kepada semua pihak karena PPDB merupakan pekerjaan besar yang berkaitan dengan kualitas pendidikan dan masa depan anak-anak di Kota Magelang dan sekitarnya.

Meskipun PPDB SMA/SMK merupakan kewenangan Pemprov Jateng, namun Pemkot Magelang juga akan dilibatkan.

‘’Beberapa saat lagi Dinas Pendidikan akan punya gawe besar lagi, walaupun ini kewenangan provinsi (Jateng red). Tetapi mau tidak mau kita akan dilibatkan, mohon dukungan semua pihak,’’ katanya.

Menurutnya, beberapa persoalan yang sempat terjadi pada PPDB SMP lalu di antaranya berkaitan dengan surat keterangan domisili. Pemkot Magelang pun telah melakukan antisipasi agar permasalah serupa bisa diatasi dengan baik.

‘’Kalau PPDB SMP sempat ada persoalan berkaitan dengan surat keterangan domisili, itu yang akan menjadi hal yang cukup rumit. Tetapi insya Allah dari pengalaman PPDB SMP, kita bisa tangani itu di PPDB SMA/SMK nanti,’’ harapnya.

Kepala Disdikbud Kota Magelang Taufiq Nurbakin menerangkan, dinamika pendidikan saat ini sudah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, khususnya PPDB yang tidak lagi memprioritaskan nilai tetapi domisili.

‘’Banyak pertanyaan PPDB kok ora nganggo biji (nilai)? Itu yang harus kita lakukan. karena memang regulasinya seperti itu. Namun, untuk jalur prestasi tetap menggunakan nilai, yakni berdasarkan nilai dari piagam-piagam yang dimiliki,’’ terangnya.

Taufik menjelaskan, nilai ujian sebetulnya digunakan untuk pemetaan persebaran mutu pendidikan. Dia mencontohkan, nilai UN SMA yang tidak digunakan saat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi (PT), tetapi untuk digunakan sebagai indikator-indikator tertentu.

‘’Karena pada dasarnya prestasi anak tidak hanya diukur dari nilai empat mata pelajaran. Barangkali ada anak yang nilai matematika 10, tetapi tidak bisa memencet keyboard. Karena itu yang saat ini dikembangkan di sekolah adalah ekstrakulikuler, disamping kegiatan akademik lainnya,’’ jelasnya. (hms)

Editor : Doddy Ardjono