blank
Warga saat berebut gunungan ketupat Sunan Muria. foto: Suarabaru.id

KUDUS – Tak hanya di Bulusan, tradisi Syawalan juga berlangsung di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ribuan warga berebut gunungan ketupat dalam tradisi Kupatan Kanjeng Sunan Muria yang dipusatkan di Taman Ria, depan Graha Muria, Rabu (12/6).

Pantauan di lokasi, ribuan ketupat yang digantungkan di gunungan awalnya didoakan dan dikirab dari makam Sunan Muria yang berada di puncak Muria. Total ada 23 gunungan kupat lepet dan hasil bumi Gunungan dari desa-desa se-kecamatan Dawe.

blank
Bupati HM Tamzil beserta istri, Rina Tamzil, Wabup, dan Forkompimda, menerima kupat dan lepet raksasa, di acara kupatan Bulusan.(Foto: SB.id)

Ribuan warga hadir meramaikan perhelatan budaya warga masyarakat di lereng Gunung Muria ini. Kirab diiringi tetabuhan Terbang Papat. Mereka mengenakan pakaian adat lengkap dengan ikat kepala.

Mereka memanggul gunungan dan diletakkan di depan panggung. Kemudian, acara dilanjutkan dengan berbagai kesenian. Pada puncaknya, setelah sambutan dari Bupati Kudus HM Tamzil, gunungan-gunungan tersebut kemudian didoakan oleh sesepuh desa.

Namun, belum sempat doa berakhir, warga langsung mendekati gunungan ketupat. Mereka spontan merebut gunungan ketupat. Suasana makin riuh meski panitia berupaya menenangkan warga agar bersabar.

Namun warga tetap asyik dan larut dalam rebutan ketupat. Tak lama kemudian, gunungan itu menyisakan kerangka bambu saja.

“Saya sengaja ikut meramaikan. Saya ikut rebutan ketupat barusan,” kata seorang warga yang ikut rebutan ketupat, Agung (40) yang ikut berebut ketupat dari gunungan.

blank
Puluhan gunungan ketupat saat diarak dari Makam Sunan Muria menuju Taman Ria Colo. foto: Suarabaru.id

Bupati Kudus HM Tamzil mengungkapkan, Kupatan Kangjeng Sunan Muria ini merupakan salah satu tradisi syawalan yang ada di Kudus selain tradisi Syawalan lain seperti Kupatan Bulusan dan lainnya. Wisata budaya ini sudah menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian warga.

“Sudah seperti budaya bagi para warga Kudus terutama pemudik. Mereka belum akan kembali ke kota sebelum datang untuk hadir di acara kupatan Kanjeng Sunan Muria ini,” kata Tamzil.

Menurut Tamzil, tradisi ini cukup memberi banyak efek positif dalam pengembangan pariwisata Kudus pada umumnya dan masyarakat Colo pada khususnya. Pasalnya, di tradisi ini juga dipamerkan beragam produk hasil kerajinan UMKM yang ada di desa-desa lereng pegunungan Muria.

“Ada kopi Muria, sirup Parijoto, serta hasil produksi UMKM yang bisa bersaing,” tandasnya.

Suarabaru.id/

Baca juga: Di Kupatan Bulusan, Bupati Beri Makan Kura-kura

blank