blank
Angkat Maskot : Beberapa warga dusun Tegalsari, desa Pengkol, Kecamatan Penawangan mengangkat maskot buraaq untuk dipindahkan sebelum dihias. Maskot ini dibuat dengan menelan biaya lebih dari Rp 1 juta. Foto : Hana Eswe.

GROBOGAN – Tradisi di malam takbir yang dilakukan masyarakat Kabupaten Grobogan adalah melakukan arak-arakan. Dalam arak-arakan tersebut pasti ada semacam ‘ogoh-ogoh’ dengan ornamen menarik yang dipertunjukkan di hadapan para warga pada saat malam takbiran. Untuk membuatnya memang dibutuhkan partisipasi warga setempat.

Semangat gotong royong terlihat dari para warga di Dusun Tegalsari, Desa Pengkol, Kecamatan Penawangan, Sabtu (1/6) malam. Dari pengeras suara sebuah mushola diumumkan kepada warga yang tinggal di dusun tersebut agar berkumpul di rumah milik Saipur yang tidak jauh dari mushola tersebut. Pengumuman tersebut dimaksudkan untuk bergotong royong melanjutkan desain ogoh-ogoh yang baru siap 80 persen.

Konsep maskot atau ogoh-ogoh yang akan diarak masyarakat Dusun Tegalsari ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kali ini, warga membuat konsep hewan menyerupai keledai bersayap dan bulan. Keduanya dibuat berbahan bambu yang dirangkai dan dihiasi dengan kertas marmer. Bahkan, untuk desain bulan menggunakan karung bekas yang direkatkan pada rangkaian bambu.

Saipur yang juga ketua panitia pembuatan maskot di dusun tersebut menjelaskan, konsep ini diambil dari kisah Israj Miraj yang merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari bumi hingga langit ketujuh dalam waktu semalam dengan menunggangi buraaq, yakni hewan berukuran lebih besar dari keledai.

“Sudah seminggu ini kami mengerjakan maskot yang akan dipergunakan untuk arak-arakan di malam takbir nanti. Kami membuat konsep ini bersama-sama. Saling bergotong royong agar dapat selesai tepat waktu dan dapat diarak pada malam takbiran nanti,” kata Saipur.

blank
gotong royong : masyarakat Dusun Tegalsari bergotong royong melengkapi hiasan pada maskot tersebut. Dalam pembuatannya melibatkan warga dari segala usia. Foto : Hana Eswe.

Untuk membuat maskot ini, Saipur mengungkapkan pihaknya menggunakan uang swadaya masyarakat setiap RT di dusun Tegalsari ini. Bahkan, sebagiannya berasal dari donasi perantau yang bekerja di Korea Selatan untuk kegiatan tersebut.

“Semua menggunakan uang swadaya masyarakat dan sebagian dari donatur seperti warga kami yang bekerja jadi TKI di Korea Selatan. Kemudian, ada juga dari pengusaha kecil yang berwirausaha di dusun kami ini. Dana tersebut sudah termasuk untuk arak-arakan yang nanti melibatkan 6 armada pickup untuk mengangkut kedua maskot dan sound system saat perarakan nanti,” kata Saipur.

Tradisi membuat maskot ini juga dilaksanakan di lima dusun lainnya di Desa Pengkol. Namun, yang menjadi berbeda dalam arak-arakan tahun ini adalah maskot tersebut akan diperlombakan untuk memeriahkan malam takbir yang jatuh pada Selasa (4/6) malam esok. Rencananya, maskot ini diarak mengelilingi Desa Pengkol, Kecamatan Penawangan.

“Menang atau tidaknya kami bersyukur. Intinya, dusun kami setiap malam takbiran memang membuat maskot untuk diarak. Ada tidaknya perlombaan, kami tetap membuat maskot uni dari tahun ke tahun,” pungkas Saipur.

suarabaru.id/Hana Eswe.