blank
Nampak gubug Nur Hasan, pertapa asal Jepara saat melakukan ritual di Gunung Muria. foto: Ist/Suarabaru.id

KUDUS – Nur Hasan (35), warga Desa Srikandang, Jepara akhirnya dievakuasi secara paksa oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dibantu oleh sejumlah relawan SAR dari Puncak Songolikur, Pegunungan Muria.

Korban terpaksa harus dibawa turun lantaran kondisinya memburuk setelah selama 3 minggu diketahui sedang bertapa di puncak tertinggi Pegunungan Muria tersebut.

Kepala BPBD Kudus Bergas Catursasi Penanggungan, Minggu (2/6)  mengungkapkan, operasi penyelamatan tersebut dilakukan oleh tim BPBD Jepara dengan dibantu BPBD Kudus.

Proses evakuasi berlangsung cukup berat lantara korban harus dipapah lantaran medan yang cukup berat.

”Yang jelas korban selamat dan sempat dicek kesehatannya oleh tim medis. Meski direkomendasikan untuk rawat inap, tapi korban memilih dipulangkan ke keluarganya,” kata Bergas.

Dikatakan, Nur Hasan diketahui sudah lebih dari 3 pekan berada di kawasan Puncak Gunung Muria.

Pria ini menyatakan dirinya tengah menjalani laku batin dan memenuhi nazar yang diucapkannya untuk bertapa di Puncak Songolikur hingga 40 hari.

Namun saat berada di kawasan puncak gunung tersebut, Nur Hasan tidak melengkapi diri dengan perlengkapan dan perbekalan yang cukup.

Kondisinya diketahui memburuk oleh beberapa pendaki, yang selanjutnya melaporkan hal ini ke pihak-pihak terkait.

“Dia ini mengaku punya nazar untuk menyepi di puncak Muria sampai 40 hari. Tanpa perlengkapan dan perbekalan yang memadai, kondisinya ngedrop. Sempat diminta turun warga tidak mau. Daripada terjadi apa-apa akhirnya diberangkatkan tim untuk menjemputnya,” ujarnya.

Mendapat laporan tersebut, tim relawan dari BPBD pun pergi untuk menjemput Nur Hasan pada Sabtu (1/6) selepas Magrib.

Beberapa jam kemudian, posisi Nur Hasan berhasil dicapai. Pemeriksaan kesehatan langsung dilakukan, dan dipastikan kondisinya sudah mengkhawatirkan.

“Nur Hasan ini sebenarnya sudah diminta turun oleh warga beberapa hari lalu, karena kondisinya yang semakin memburuk. Tapi tidak mau. Oleh relawan kami, akhirnya dipaksa turun,” tambahnya.

Sementara itu, Setyanto salah satu relawan yang terlibat dalam proses evakuasi menyebutkan, Nur Hasan berhasil dibawa ke Desa Tempur, Keling, Jepara pada jam 00.35 WIB, Minggu (2/6) dinihari. Karena kondisinya yang sudah payah, korban tersebut harus dipapah oleh para relawan.

Secara bergantian, relawan memapah korban dan kadang pada medan yang berat digendong secara bergantian.

Karena kurang asupan makanan dan cuaca yang dingin di kawasan puncak membuat kondisi fisiknya mengalami penurunan drastis.

“Saat ditemukan di gubug di kawasan puncak, korban sedang tidur karena lemas. Setelah dibangunkan, kemudian diberikan makanan sebelum diajak turun ke Tempur,” jelasnys.

Nur Hasan kemudian langsung dibawa ke Puskesmas Keling sekitar jam 02.00 WIB. Mukaromah ibu dari Nur Hasa  sudah menunggu di Puskesmas Keling bersama keluarganya.

Petugas Puskesmas Keling I sempat melakukan rekomendasi rawat inap setelah melakukan observasi. Namun rekomendasi ini tidak diterima oleh korban dan keluarganya, sehingga langsung dipulangkan ke Dukuh Krajan Tengah, Desa Srikandang, Bangsri, Jepara.(Suarabaru.id/Tm)

blank

Baca juga: Bus Wisata Rem Blong Serduruk Motor, Satu Tewas