blank
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Foto: bi

NANNING– Jelang menghadapi tim bulutangkis Denmark di ajang kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman 2019, Rabu (22/5), Kepala Pelatih Ganda Campuran PBSI, Richard Mainaky, menyoroti penampilan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Pasangan ranking tujuh dunia ini dikalahkan Chris Adcock/Gabrielle Adcock pada laga pertama babak penyisihan di Grup B1 melawan Inggris. Nomor ganda campuran menjadi satu-satunya nomor yang lepas dari genggaman tangan Tim Bulutangkis Indonesia, yang menang dengan skor 4-1, pada laga yang dimainkan di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, Minggu (19/5).

Jika melihat catatan rekor pertemuan sebelumnya, posisi memang imbang 2-2. Duo Adcock menang dalam dua pertemuan pertama di Malaysia Open 2018 dan Thailand Open 2018 dengan skor 21-18, 18-21, 21-18 dan 14-21, 21-17, 21-18.

Namun pada dua pertemuan terakhir di Japan Open 2018 dan Fuzhou China Open 2018, Praveen/Melati menang straight set dengan skor 23-21, 21-18 dan 21-6, 21-16.

“Kalau lihat rekor pertemuan kan imbang, memang dari awal tidak bisa diperkirakan siapa yang menang. Di set pertama Praveen/Melati unggul, tapi mereka tidak bisa mengatasi masalah non-teknis yang datang dari lawan,” jelas Richard, seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org, Senin (20/5).

Beberapa kali pasangan Inggris meminta servis diulang, dengan alasan belum siap menerima servis. Dan mereka sudah mengisyaratkan dengan mengangkat tangan. Richard juga menilai, Duo Adcock sering mengulur waktu, dengan meminta break dan mengganggu konsentrasi saat pasangan Indonesia hendak servis.

Flick Service
“Saya merasa pasangan Inggris bermain dengan taktik dan strategi yang kurang sportif dan merugikan kami. Mungkin Praveen/Melati yang terlalu polos atau bagaimana, mereka tidak pernah protes kepada wasit. Praveen mau servis di-break terus, banyak cara-cara yang tidak fair, seharusnya ini menjadi perhatian wasit juga,” beber Richard.

“Kekalahan ini memang tidak bisa jadi alasan, tapi tetap saja saya bilang bahwa pasangan Inggris pakai strategi yang tidak fair, dan saya dengar ini terjadi juga dengan pemain lain di tim kami. Susy juga tadi sudah sampaikan, Praveen/Melati jangan terlalu polos, kalau merasa lawan tidak sportif ya harus protes ke wasit,” jelas Richard.

Terlepas dari hal non teknis ini, Richard juga mengatakan, Praveen/Melati sempat lengah saat sudah memimpin perolehan skor di set pertama. Di set kedua pun, Praveen/Melati unggul jauh 14-10.

“Soal ketidaksiapan antisipasi servis lawan, itu memang terjadi di set pertama. Praveen/Melati sudah coba atasi di set kedua, sudah mereka tungguin flick service lawan. Tapi lagi-lagi di poin kritis, lawan menerapkan taktik yang tidak fair,” tandas Richard.

suarabaru.id/Riyan