blank
Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) Bagus Priyana (kiri) foto bersama Pengurus Yayasan Van Der Steur Belanda di komplek pemakaman tokoh kemanusiaan tersebut, (foto Bagud Priyana)

 

MAGELANG- Mungkin sekarang banyak warga Magelang  yang tidak tahu siapa Yohannes Van Der Steur maupun di mana makamnya. Makam warga Belanda yang datang ke Magelang tahun 1892 itu berada di komplek pemakaman Kerkof, di tengah Kota Magelang. Lokasinya berbatasan dengan Jalan Sudirman,  dipisahkan dengan Kali Manggis.

Sekitar tahun 1990 an pemakaman Belanda yang kemudian juga digunakan untuk pemakaman Kristen itu oleh Pemkot Magelang dipindahkan  ke TPU Giriloyo.

Yang ditinggal hanya kompleks makam Yohannes Van Der Steur. Bagian depan yang berbatasan dengan Kali Manggis dibangun jalan yang diberi nama Jalan Ikhlas, dan di  belakangnya dibangun puluhan kios.

Kompleks makam Yohannes Van Der Steur berada di belakang bangunan kios dan ditempok keliling. Untuk masuk ke situ dibuat jalan kecil di antara bangunan kios.

Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) Bagus Priya menceritakan, setahun setelah tiba di Magelang tahun 1892 dia mulai berurusan dengan anak terlantar. Peninggalannya masih ada di Kota Magelang, kini  namanya Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri yang berlokasi di Meteseh, dan dikelola oleh Pemprov Jateng.

‘’Beberapa hari lalu saya menerima kunjungan Ketua Yayasan Van Der Steur di Belanda, yaitu Harry Van Lonkhuizen. Saya menemani Harry berkeliling Kota Magelang, salah satunya melihat kompleks makam itu,’’ kata Bagus Kamis (16/5).

Yayasan Van Der Steur yang bermarkas di Belanda tergerak hati untuk mempercantik kompleks itu. Terlebih, kondisi kompleks makam itu seperti kurang diperhatikan.

Padahal di kompleks itu terdapat makam tokoh kemanusiaan yang sangat dikagumi, yakni Johannes Van Der Steur. Dia seorang misionaris gereja di Parklaan Haarlem Belanda yang mengabdikan  hidupnya untuk mengasuh anak-anak terlantar dan yatim piatu.

blank
Kompleks makam Van Der Steur sedang dicat, (Foto Bagus Priyana)

‘’Harry menyampaikan keinginannya untuk merawat dan mempercantik kompleks makam ini. Yaitu dengan mengecat ulang seluruh makam beserta tembok pembatasnya,’’ ujarnya.

Menurutnya, total ada 27 makam di kompleks itu dengan jumlah jenazah yang dimakamkan di dalamnya sekitar 50 orang. Kompleks makam ini sendiri masih satu kesatuan dengan Gerbang Kerkof di pinggir Jalan Jenderal Sudirman.

‘’Alasan mempercantik ini, karena kondisi sebelumnya cukup memprihatinkan. Cat makam sudah memudar dan banyak ditumbuhi rumput-rumput liar. Lalu, saya dan tim mendapat tugas dari yayasan itu untuk mempercantiknya,’’ ujarnya.

Bagus menjelaskan, Steur merupakan sosok yang sangat berjasa bagi masyarakat Magelang. Khususnya, anak-anak terlantar dan yatim piatu yang diasuhnya di panti asuhan yang didirikannya di Kota Magelang.

‘’“Anak-anak yang diasuh mayoritas anak dari wanita pribumi Magelang yang dinikahi atau bahkan hanya dihamili oleh serdadu Belanda. Serdadu ini ada yang mati karena perang, dan ada pula yang kembali ke Belanda tanpa membawa serta wanita pribumi beserta anak-anaknya itu,’’ tutur Bagus.

Kondisi anak-anak terlantar ini yang membuat hati Steur tersentuh untuk mengasuh dan mendidiknya. Bahkan, dia sempat kembali ke negaranya untuk menjual aset-aset miliknya dan kembali ke Magelang untuk mendirikan panti asuhan.

‘’Steur datang ke Magelang tahun 1892. Setahun kemudian mulai berurusan dengan anak terlantar. Tahun 1903, Steur yang dipanggil Pa oleh anak-anak asuhnya ini mengasuh 350 anak. Hingga akhir hayatnya tahun 1945 mengasuh sekitar 7000 anak,” terangnya.

Beni Lutters, salah satu keluarga besar Van Der Steur di Magelang mengaku, Pa Steur memang sosok yang sangat dikagumi dan menjadi pahlawan kemanusiaan. Beni  merupakan anak dari orang tua yang diasuh oleh Pa Steur.

‘’Pa Steur sangat berjasa pada Papa dan Mama saya. Mama pun memberi pesan kepada saya agar jangan melupakan jasa-jasa Pa Steur,” ungkapnya. (Doddy Ardjono)