blank
Empat orang bhiksu  perwakilan dari masing-masing sangha Mahayana  sedang  melakukan pengambilan air uci di mata air Umbul Jumprit, di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung dan kemudian dibawa ke Candi Mendut Kabupaten Magelang untuk disemayamkan sebelum dibawa ke Candi Agung Borobudur. Foto: Suarabaru.id/yon

TEMANGGUNG- Panitia Waisak  2563 Buddhis Era ( BE) / 2019, menyiapkan sebanyak 12.000 botol air Suci Waisak  untuk prosesi Tri Suci Waisak yang dipusatkan di Candi Agung Borobudur. Air suci tersebut diambil di Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

“Pengisian air berkah Waisak sebanyak 12.000 botol tersebut telah kami lakukan pada 14 Mei kemarin dan  sebelum pemberkahan  air suci Waisak ini, kami juga telah melakukan pembersihan dan pemeliharaan area Umbul Jumprit,”kata Wakil Ketua Pengambilan air berkah Waisak Martinus Nata, di sela-sela penyakralan air berkah Waisak di Umbul Jumprit, Kamis (16/5).

Martinus mengatakan, setelah dilakukan penyakralan oleh sembilan dewan sangha, yakni Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Maju bhumi, Mapanbumi, Madatantri dan Mahanikaya, air suci tersebut dibawa untuk disemayamkan di Candi Mendut dan digunakan untuk sarana puja bakti Waisak di  Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.

Pada penyakralan air suci  Waisak  di sumber air yang merupakan mata air Sungai Progo itu, dilakukan para bhiksu/bhiksuni dengan melaksanakan  puja bakti penyakralan di  altar yang ada di kompleks tersebut.

Pada prosesi penyakralan tersebut juga ditandai dengan penyalaan lima lilin berwarna oleh sejumlah bhiksu. Kelima warna lilin yang dinyalakan mempunyai makna sendiri-sendiri. Warna biru melambangkan bakti, warna kuning (bijaksana), merah ( cinta kasih) , putih (kesucian) dan warna oranye melambangkan semangat.

Kemudian, secara bergantian,  mereka mengambil air berkah tersebut dengan menggunakan siwur (gayung yang terbuat dari bathok kelapa) dan dimasukkan ke dalam kendi..

Sementara itu, Direktur Urusan Pendidikan dan Agama Buddha Ditjen Binmas Buddha Kementerian Agama RI, Supriyadi mengatakan,  pengambilan air suci Waisak yang dilakukan di Umbul Jumprit ini merupakan salah satu dari prosesi Tri Suci Waisak .

Ia menambahkan, detik-detik Waisak 2563 BE/2019 ini terasa sangat istimewa, karena bertepatan dengan waktu sahur para umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa, yakni pada pukul 04.11 WIB dinihari.

“Detik-detik Waisak pada tahun ini bertepatan dengan waktu sahur bagi umat muslim yang menjalankan puasa. Ini merupakan sesuatu yang sangat unik dan perlu dimaknai dengan baik,” katanya.

Ia menambahkan, waktu detik –detik Waisak tersebut yang bersamaan dengan waktu sahur puasa, merupakan bagian dari bentuk kebersamaan  yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, dengan persamaan waktu pelaksanaan tersebut, sebagai umat beragama sudah sepatutnya mendepankan toleransi  beragama.

Supriyadi mengatakan, makna air sesungguhnya, yakni air Suci Waisak yang diambil dari Umbul Jumprit tersebut secara  fisik membersihkan jiwa raga manusia dan secara batin memberikan rohani.

Suarabaru.id/yon