blank
Bupati Wonogiri Joko Sutopo

WONOGIRI — Terjadinya bentrok antar perguruan beladiri di Wonogiri membuat keprihatinan semua pihak. Terlebih terjadi salah sasaran yang membuat Kasat Reskrim AKP Aditya M Ramadhani menderita luka berat dan sampai sekarang belum sadarkan diri.

“Atas emosional sesaat yang membabi buta dengan adanya Kasat Reskrim AKP Aditia kena amukan massa, sehingga kita semua telah menciderai olahraga kita, menciderai segalanya,” ujar Bupati Wonogiri Joko Sutopo saat membuka forum Silaturahmi Forkompinda, Toga dan Tomas dan jajaran Polres Wonogiri di Brumbung, Selogiri, Wonogiri, Selasa (14/5) malam.

“Jangan ngaku ngaku pendekar kalau berjiwa pengecut dan tak berani jujur, Sifat Pendekar adalah berani jujur mengakui segala perbuatan dan siap menanggung resikonya itulah jiwa kesatria. Sekali lagi saya tegaskan jika seluruh ketua PSHT dimanapun berada bisa membantu kepolisian dengan kejujurannya berarti memang kesatria, tapi jika gagal mendidik semua pesilatnya dengan tidak mau membantu ngajarkan sifat kesatrianya serta tak mau jujur siapa yang berbuat berarti layak disebut gerombolan perusuh dan pembuat onar,” tegas Bupati.

Bupati juga mengajak agar kalangan pendekar merenungi dan harus berani jujur dan berjiwa kesatria atas apa yang dialami AKP Aditia Mulya Ramadani. Karena pengamanan bentrok Rabu (8/5) malam dirinya justru jadi korban amuk massa. Dimana ia memiliki tiga buah hati dan sekarang dirinya dalam kondisi masih terbaring tak berdaya di rumah sakit.

“Apa yang kita peroleh dalam kondisi ini? apakah itu organisasi yang baik?. Seharusnya kita itu mengeroyok kemiskinan yang ada di Wonogiri ini,” jelasnya.

Bupati Joko Sutopo menyebut, kejadian pada Rabu malam itu, sangatlah mencoreng nilai luhur pencak silat. Dia mengajak kalangan pendekar dengan momen ramadan untuk merenungkan apa yang baik untuk menentukan langkah. Dia mencontohkan, berapa jumlah pemuda yang sudah diproses gara-gara perbuatannya melawan hukum baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian menurut Bupati sebagai tindakan yang mematikan sebuah organisasi dan mematikan generasi muda.

“Saya mohon, seharusnya hari ini kita sudah berkompetisi generasi milenial. Rekonsiliasi tidak hanya penandatanganan sikap tetapi diserasikan dengan kelakuan kita dan semoga ini menjadi pemantik sensitifitas kita. Soal dampak kerugian aman ada evaluasi bagi kita,” ujarnya.

Ditambahkan, bahwa semua pihak agar dapat menurunkan tensinya. Selain itu, pihaknya juga mengajak agar semuanya mendukung proses hukum dan berani jijir serta memiliki jiwa kesatria. Juga seriuan agar kita menolak gerakan people power.

Dari informasi, pada sesi penutup, seluruh peserta Forum Silaturahmi dan Buka Bersama antara Forkompinda, Toga, Tomas dan jajaran Polres Wonogiri juga dilakukan Komitmen Bersama yang menolak gerakan people power dari masing- masing perguruan silat dan beladiri di Wonogiri.

Suarabaru.id/edi