blank
Gubernur Ganjar Pranowo saat berdialog dengan wartawan di Wisata Tlogo Tuntang, Semarang

SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggelar gathering bareng wartawan Jateng di Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin (29/4/2019) malam. Puluhan awak media dari berbagai media, baik cetak maupun elektronik menggunakan kesempatan itu untuk nglaras roso atau curhat colongan (curcol) tentang berbagai persoalan yang dihadapi.

 

Banyak usulan, masukan dan kritik yang disampaikan awak media kepada Ganjar. Misalnya dari Damar Sinuko, wartawan Trans7. Kepada Gubernur, Damar curhat tentang sulitnya akses melakukan peliputan beberapa destinasi pariwisata di Jateng. “Misalnya mau liputan di Karimunjawa, kami kesulitan akses untuk meliput. Selain itu juga liputan Lawang Sewu, Sam Poo Kong dan lain sebagainya. Jadi kami meminta bapak Gubernur menjawil para pengurus agar kami diberikan akses liputan, toh liputan kami juga bisa jadi alat promosi,” kata Damar.

 

Berbagai masukan juga disampaikan oleh wartawan lain. Namun suasana menjadi agak riuh, saat wartawan senior dari Gatra, Totok curhat tentang nasib para awak media di Jateng. Menurutnya, wartawan di Jateng masih banyak yang belum sejahtera. “Wartawan itu ngurusi nasib orang lain, namun nasibnya sendiri tidak ada yang memikirkan. Masih banyak wartawan di Jawa Tengah yang gajinya belum setara Upah Minimum Regional (UMR),” terang Totok.

 

Tak hanya itu, banyak pula perusahaan media yang belum memberikan fasilitas jaminan kesehatan dan jaminan kerja. Padahal menurut undang-undang, hal itu wajib dilakukan. “Mungkin Bapak Gubernur bisa memfasilitasi kami. Kalau ada perusahaan media yang menggaji wartawan tidak sesuai UMR dan belum memberikan jaminan kesehatan, harus disentil,” tegasnya disambut tepuk tangan para wartawan.

 

Mendengar keluhan-keluhan itu, Ganjar dengan sabar menanggapi. Untuk persoalan kesulitan akses liputan pariwisata, Ganjar langsung memerintahkan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) yang juga hadir dalam acara itu untuk menindaklanjuti.

“Silakan dikomunikasikan, buat surat kepada pengelola pariwisata untuk memberikan akses kepada awak media. Karena tanpa promosi media, tidak mungkin tempat pariwisata kita terkenal,” ucap Ganjar.

 

Sementara terkait keluhan kesejahteraan wartawan, Ganjar mengatakan bahwa persoalan itu memang cukup pelik. Di tengah industri media yang sedang sulit saat ini, banyak media yang mencoba terus bertahan hidup.

 

“Saya sudah beberapa kali bertemu dengan pengusaha media terkait persoalan ini. Namun mereka mengatakan kondisinya memang sulit. Ya mau bagaimana lagi, saya mungkin hanya bisa terus berkomunikasi agar kesejahteraan wartawan diopeni,” ucapnya.

 

Dia juga membuka ruang lebar kepada awak media untuk melapor ke Disnaker apabila ada perusahaan yang tidak membayar karyawannya dengan UMR atau tidak memberikan jaminan-jaminan lainnya. “Silakan laporkan ke Disnaker, tentu akan kami tindaklanjuti,” pungkasnya.

suarabaru.id/Tim