blank
Prof. Dr Muraweh Mosa Naser Nassar dari Initernal Aqsa Institute Palestina bersama pengurus DPP MAJT

SEMARANG – Prof. Dr Muraweh Mosa Naser Nassar dari Initernal Aqsa Institute Palestina mengatakan kemerdekaan Palestina dan sekaligus mengamankan Masjid Al Aqsha tidak hanya menjadi tanggung jawab umat Islam di Palestian saja, namun juga seluruh umat Islam seluruh dunia. Jika umat Islam seluruh dunia bersatu,  tidak butuh lama Palestina akan merdeka dan Israel tidak akan berdaya.

“Kalau semua umat Islam seluruh dunia bersatu, tidak dalam waktu lama Palestina akan merdeka. Insyallah, pada gerenasi saya sekarang ini,  Palestina akan merdeka. Tahun 2012 lalu, ada sejumlah peneliti dari berbagai negera di luar Arab mengatakan kira-kira 10 tahun lagi Palestina akan merdeka. Insya Allah Palestina akan segera merdeka,” kata Muraweh Mosa saat berkunjung ke MAJT Jalan Gajah Raya Semarang, Senin (22/4/2019).

Pada kesempatan tersebut, Muraweh Mosa datang bersama rombongannya, diterima langsung oleh Katua DPP MAJT Prof Dr Noor Ahmad MA. Mendampingi Prof Noor Ahmad, Sekretaris KH Muhyidin, KH Ali Mufiz (mantan Gubernur Jateng), KH Hanif Ismail Lc, Drs H Istijab AS dll.

Muraweh mengatakan, situasi dan kondisi saat ini, Israel memang terus berusaha untuk menguasai Palestina. Namun Israel tidak akan bisa menguasai Palestina. Rakyat Palestina akan mempertahankan. Dan Umat Islam dari berbagai negera juga akan memberikan bantuan. Israel selalu mengumpulkan dana 2 Miliar Dollar Amerika pertahun untuk merebut Israle namun tidak berhasil.

“Solidaritas orang luar Palestina memang luar bisa. Namun kami ingatkan agar dalam memberikan sumbangan kepada rakyat Palestina melalui lembaga resmi yang profesional. Kalau asal nyumbang tidak melalui lembaga profesional tidak akan sampai,” terang ulama’ yang juga sebagai Secretary of Al Quds Committee in the International Unio of Muslim Scholars (Sekretaris Komite Al Quds di Unio Internasional Cendekiawan Muslim) ini.

Dalam pertemuan sekitar 60 menit itu, banyak hal yang disampaikan  Muraweh. Tidak hanya kondisi terkini negaranya, namun juga hubungan serta sikap negara-negara Islam sekitar Palestina, sejak Perang Dunia (PD) Kedua sampai sekarang. Disisi lain, dia juga bercerita tentang negara Indonesia, tentang keramahtamahan penduduk Indonesia.

“Ini adalah kunjungan ke delapan saya ke Indonesia. Dan sambutan warga Indonesai luar biasa. Tidak hanya rakyat, namun juga pejabat negara, gubernur dan wali kota atau bupati, sambutannya sangat bagus. Pernah saya saat, saya dinaikkan holikopter dari Jakarta sampai Bogor agar saya tidak telat ke sebuah acara. Bagi saya, Indonesia adalah negera kedua saya setelah Palestina,” terangnya.

Katua DPP MAJT Prof Dr Noor Ahmad MA mengatakan di tengah konflik yg seperti tidak ada habisnya ,kita semua mendukung Palestina untuk  mempunyai negara yg berdaulat dan merdeka secara penuh tidak hanya untuk bangsa Palestina tetapi untuk menjaga tempat-tempat suci yang ada di sana. Maka dari itu Pojok Palestina adalah dalam rangka membuat kajian tentang Palestina dan menfasilitasi bantuan-bantuan kemanusiaan untuk Palestina.

“ini adalah kesempatan yang bagus dimana MAJT kedatangan ulama’ dari Palestina. Kedatangan dia telah memberikan banyak informasi akurat soal Palestina dan Masjid Aqsha dari dulu sampai sekarang. Kita akan membuat Pojok Palestina di lingkungan MAJT ini. Sebelumnya kita sudah membuat Pojok China,” kata.

Ulama Pasca Pemilu

Ditempat terpisah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah mengajak para ulama di berbagai daerah untuk aktif memberi tausiyah melalui pengajian-pengajian, mengajak umat agar menikmati pascapemilu dengan damai dan penuh persaudaraan. Mengingat, munculnya situasi yang ‘panas’ ini justru saat pemilu 17 April 2019 telah usai dilaksanakan.

KH Muhyiddin yang juga Sekretaris DPP Masjid Agung Jawa Tengah menegaskan, situasi ‘panas’ yang dipicu hasil pengitungan cepat (quick count) yang dilansir di media dari sejumlah lembaga survei, sebagai akibat euforia atas klaim kemenangan dari kedua pihak. Padahal,  penghitungan oleh KPU belum final.

“Maka menjadi tugas para ulama untuk ‘turun gunung’ menyampaikan tausiyah dan pencerahan agar masyarakat menikmati suasana damai pascapemilu bukan malah hanyut menambah suasana panas,” tegas Muhyiddin.

Muhyidin mengajak agar umat menaati nasihat dari para ulama. Intinya, memasuki pascapemilu 2019 saatnya kita menguatkan persaudaraan bukan memperpanjang pertikaian atau konflik. Tidak perlu mengklaim kemenangan, karena nantinya KPU yang akan mengumumkan.

Sementara KH Hanief Ismal Lc menegaskan, menguatnya ujaran kebencian, ejekan,  menjelek-jelekkan pihak lain, perkataan yang tidak pantas sebagai perbuatan yang tidak berahlakul karimah. Allah berfirman dalam Surat Ali Imron ayat 103, janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain. Bisa jadi yang dihina justru lebih baik di mata Allah. Maka jangan mencela sesama muslim dan panggilan yang jelek, karena hal tersebut tergolong perbuatan dzalim yang akan jauh dari rahmat Allah.

Suarabaru.id/sl