blank
Siswa inklusi saat didampingi secara khusus oleh guru pembimbing ditengah USBN di SD Negeri 02 Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Senin (22/4). Foto : Ernawaty

UNGARAN – Empat siswa Sekolah Dasar (SD) inklusi mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbarengan siswa reguler (umum) lainnya, di SD Negeri 02 Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Senin (22/4).

Kondisi tersebut dilakukan karena pihak sekolah tidak memiliki tempat khusus bagi siswa inklusi menjalani USBN. Hal ini, disampaikan Kepala Sekolah SD Negeri Klero 02 Eko Lesmono kepada wartawan yang menemuinya di Ruang Kepala Sekolah, di sela-sela USBN, Senin (22/4).

Eko Lesmono menjelaskan, saat ini hanya SD Negeri 02 Klero yang ditunjuk sebagai pelaksana ISBN bagi siswa Inklusi. “Se-Kecamatan Tengaran hanya SD kami yang ditunjuk siap mengelar USBN bagi siswa inklusi. Sekaligus, hanya sekolahan kami juga yang siap dan ada siswa inklusinya mengikuti USBN 2019 di Kecamatan Tengaran,” ujarnya.

Sebagai informasi, jumlah siswa peserta USBN Korwil Tengaran untuk SD-MI sebanyak 1159 peserta,  dengan jumlah ruangan sebanyak 77 tempat. Eko menjelaskan, total siswa SD Negeri 02 Klero yang mengikuti USBN tahun 2019 ini sebanyak 31 anak didik. Jumlah itu, termasuk empat siswa SD inklusi.

Pada awalnya, karena soal USBN siswa reguler atau umum sama dengan siswa Inklusi sehingga tidak ada perbedaan sama sekali. Namun, belajar dari pengalaman pada saat ‘try out’ empat siswa inklusi sempat mengganggu siswa lainnya (umum/reguler).

“Keterbatasan tempat, menjadi persoalan sehingga siswa inklusi kami gabung dengan siswa umum atau reguler yang juga mengikuti USBN tahun ini. Hanya saja, kami sediakan ruangan khusus yang terpisah sehingga tetap siswa reguler tidak terganggu,” ungkapnya.

Selain itu, empat siswa inklusi masing-masing memiliki kategori berbeda. Yakni, seorang siswa kategori slow learners, seorang siswa kategori autis dan dua siswa lagi kategori tunagrahita. Satu siswa kategori autis acap kali harus bergerak aktif dan dikhawatirkan menganggu temannya yang lainnya.

Sedangkan, satu siswa lagi yakni belum lancar membaca dan menulis sehingga diperlukan guru pendamping khusus. Yang dikhawatirkan, keberadaan guru pendamping khusus ini jika dijadikan satu dengan siswa umum /reguler lainnya dapat mengganggu peserta lain akhirnya dipisahlah ruangannya.

“Pada dasarnya, kepribadian siswa inklusi yang hiperaktivitas sehingga pemisahan tempat menjadi jalan keluar yang terbaik,” tanda Eko.

Pelaksanaan

Ditambahkan Kepala UPTD Pendidikan Sudarni, pada dasarnya pelaksanaan USBN siswa Inklusi memang hanya ada di SD Negeri 02 Klero, Tengaran. “Satu-satunya sekolahan yang ditunjuk menggelar UN bagi siswa SD Inklusi yakni SD Negeri 02 Klero. Namun, semua hal telah disiapkan termasuk bagaimana agar siswa Inklusi ini tidak mengganggu siswa umum atau reguler yang juga mengikuti UN,” papar Sudarni.

Tercatat, di SD Negeri 02 Klero tardapat 18 siswa yang mengikuti USBN. Namun, hanya empat siswa kelas 6 yang siap mengikuti UN. Ia menjelaskan, Tahun 2012 silam SD Negeri 02 Klaro memang dinobatkan sebagai sekolahan pemberi layanan inklusi.

“Sehingga, sejak saat itu sudah menerima siswa berkebutuhan khusus. Dengan jenis ketunaan yang berbeda,” imbuhnya.

Dan adanya pendidikan inklusi dengan siswa umum dapat berbaur, diakui Sudarni menjadikan SD Negeri 02 Klero pencontohan bagi sekolahan lainnya yang ditunjuk berbasis sama. Sudarni juga memastikan, sejuah ini pelaksanaan USBN di Kecamatan Tengaran khususnya untuk SD-MI berjalan dengan lancar.

Soal ujian yang datang tiba tepat waktu, dan langsung dibagikan ke sekolahan tersebar di 77 raungan yang ada di Kecamatan Tengaran.  “Pada saat penerimaan soal pun, semua dikawal pihak Kepolisian. Sehingga soal UN masuk kategori rahasia negara ini dijamin hingga ke tangan masing-masing peserta USBN,” imbuhnya.

suarabaru.id/Erna