blank
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan sambutan pada acara slametan puser bumi di gunun Tidar Magelang

MAGELANG – Ribuan warga berduyun-duyun menaiki Bukit Tidar, Kota Magelan pada Minggu (24/3). Mengenakan pakaian adat dan membawa aneka tumpeng, masyarakat,  Kota dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo dan daerah lain itu rela menaiki ratusan anak tangga menuju puncak bukit yang dipercaya sebagai paku bumi pulau Jawa itu.

Sejak pagi hari, ribuan  masyarakat sudah memenuhi lokasi itu. Sambil menunggu acara yang digelar sore, masyarakat menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Syech Subakir.

Bukan tanpa alasan mereka mengunjungi lokasi itu sejak pagi hari. Kedatangan warga ke puncak bukit Tidar dilakukan untuk menggelar Umbul Dungo, yakni berdoa bersama di puncak bukit, memohon kepada Tuhan untuk persatuan bangsa.

Dalam acara bertajuk Slametan Puser Bumi, Merawat NKRI tersebut, ratusan tumpeng dibawa ke atas bukit untuk kemudian dimakan bersama-sama. Selain tumpeng, gunungan berisi aneka hasil bumi Magelang juga diarak menuju puncak bukit bersama-sama.

Selain itu, ada pula gunungan yang ditempel ribuan kertas berisi doa-doa dari masyarakat. Berbagai doa yang ditulis masyarakat tersebut mayoritas berisi tentang harapan Indonesia yang aman dan damai.

“Ya Allah, jadikanlah negeriku aman dan damai. Jangan biarkan perpecahan menimpa negeri ini,” petik salah satu doa itu.

Ada pula yang menuliskan doa untuk keperluan pribadi, seperti meminta diberikan rezeki yang melimpah, dikaruniai jodoh, anak dan sebagainya. Gunungan berisi doa tersebut kemudian dibakar bersama-sama diiringi lagu Lir-Ilir.

Aneka kesenian tradisional memeriahkan acara yang juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Bupati Magelang, Wali Kota Magelang dan jajaran Forkompimda itu. Setelah acara doa bersama dan ritual-ritual lainnya, masyarakat kemudian menggelar makan bersama nasi tumpeng yang dibawa itu di atas bukit.

Ganjar bersama pejabat penting lainnya duduk lesehan bersama warga untuk makan nasi tumpeng bersama. Keakraban begitu terlihat karena tidak ada sekat diantara mereka.

“Ini acara Slametan Puser Bumi. Acara ini rutin kami gelar untuk berdoa kepada Tuhan agar diberikan keselamatan,” kata Ketua Panitia, Arianto.

Acara Slametan Puser Bumi lanjut Arianto, sangat tepat dilakukan saat ini agar pesta demokrasi lima tahunan yakni Piplres dan Pileg 2019 berjalan lancar, dan masyarakat tidak terpengaruh maraknya isu hoaks, fitnah yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

“Gunung Tidar ini menurut kepercayaan orang Kejawen adalah pusatnya Jawa. Harapannya dengan kegiatan ini, maka seluruh Jawa dan umumnya Indonesia diberikan keselamatan, kedamaian, ayem lan tentrem khususnya menjelang Pilpres dan Pileg nanti,” tegasnya.

Selain doa bersama untuk menjaga Indonesia, kegiatan itu lanjut dia juga diperuntukkan untuk nguri-nguri kebudayaan Jawa. Ia berharap, dengan dilakukannya Slametan Puser Bumi, maka masyarakat Magelang tidak melupakan tradisi nenek moyang.

“Wong Jowo ora olih lalu karo Jawane (orang jawa tidak boleh melupakan kebudayaan Jawa),” pungkasnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sambutannya mengatakan, acara Slametan Puser Bumi ini menjadi momentum yang baik untuk berdoa bersama agar negara ini rukun dan semakin makmur.

“Semoga, dengan berdoa bersama ini semua masyarakat Jawa Tengah dan Indonesia semakin rukun, persaudaraan semakin erat dan tidak terpecah belah,” kata dia.

Masyarakat lanjut dia harus sadar, bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan berbagai macam perbedaan yang ada. Beda warna kulit, beda suku, agama, ras, golongan.

“Namun perbedaan itu harus menjadi pemersatu. Bedo partai yo kudu rukun (beda partai ya harus tetap rukun), arep milih presiden nek bedho-bedho pilihan ya kudu tetep rukun (mau memilih presiden meskipun berbeda-beda harus tetap rukun),” tambahnya.

Dalam kesempatan itu pula, Ganjar mengajak seluruh warga untuk berdoa bersama menjelang Pilpres 2019. Semoga pesta demokrasi tersebut berjalan lancar tanpa ada gangguan apapun.

“Mari kita berdoa, agar nanti diberikan pemimpin yang amanah, yang merakyat, yang tahu keinginan rakyat dan yang bisa menyenangkan rakyat,” pungkasnya.

Suarabaru.id/Tim