blank
Babinsa Tegalrejo, Kecamatan Purwantoro dan Kades Tegalrejo membantu warganya yang sedang memanen padi.

WONOGIRI-Karena banyak warga yang pilih merantau ke luar daerah, kini di Wonogiri terjadi kekurangan tenaga pertanian.  Padahal menjadi  tenaga pertanian juga mendapat upah yang lumayan. Sehari dihargai Rp 70 ribu, ditambah makan dua kali dan sebungkus rokok.

Supriyono, warga  Desa Tegalrejo  Kecamatan Purwantoro, Wonogiri yang sekarang tinggal di Bangsri, Kecamatan Purwantoro, Kamis (14/3) menuturkan kalau dirinya baru saja pulang ke kampungnya dan mendapati pemandangan yang tidak lazim. ‘’Ketika saya pulang ke kampung, melihat sendiri Pak Kades Tegalrejo (Sunarto) sedang memanen padi milik warga bersama Serka Bambang Babinsa Tegalrejo,’’ katanya.

Hal itu dilakukan karena Kades Sunarto dan Babinsa Serka Bambang mengaku kasihan kepada warganya yang sedang memanen padi dengan tenaga yang sangat minim.

Minimnya  tenaga pertanian ternyata tidak hanya terjadi di wilayah Wonogiri. Kabid Penyelenggaraan Pendidikan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang Sudarmanto, saat berada di Wonogiri beberapa pekan lalu memaparkan, berdasar catatannya,  setidaknya per tahun ada 500.000 petani yang beralih profesi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut,  pemerintah memberikan bantuan berupa alat dan mesin pertanian. ‘’Sampai sekarang pemerintah sudah memberikan puluhan ribu unit Alsintan kepada petani. Kalau anak mudah zaman sekarang kan tidak mau mencangkul. Mungkin kalau diganti dengan mesin traktor dan menerapkan pertanian modern mereka mau,” harap Bambang.

Bupati Wonogiri, Joko  Sutopo dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa  bertani  merupakan profesi yang paling tua. Namun kesejahteraan petani tidak kunjung meningkat. “Hanya tengkulak yang mobilnya bisa gonta-ganti,” katanya.

Bantuan Alsintan menurutnya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengintervensi peningkatan kesejahteraan petani agar biaya operasional petani bisa ditekan. Meski demikian, bantuan itu harus dimonitor sipaya bermanfaat maksimal. Jika azas kemanfaatannya tidak terpenuhi, bantuan akan ditarik kembali. Bahkan bisa berhadapan dengan penegak hukum jika terjadi penyelewengan.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dispertan & TPH) Wonogiri, Safuan memaparkan, bantuan alat mesin pertanian yang telah digelontorkan ke Wonogiri jumlahnya cukup banyak. Pada tahun 2016 petani di wilayah Wonogiri menerima 501 unit alsintan senilai Rp 4.9995.343.000. Sedangkan di tahun 2017 ada 255 unit Alsintan seharga Rp 5.473.423.000  dan di tahun 2018   ada 71 unit alsintan yang diberikan kepada petani di Wonogiri.

Suarabaru.id/edi