blank
Bupati Grobogan Sri Sumarni saat berada di atas kereta kencana sedang menyapa masyarakat yang telah menanti kedatangannya. Foto : Hana Eswe

GROBOGAN – Ribuan orang memadati pinggir jalan di sepanjang jalur Purwodadi-Pati, sejak Minggu (3/3) pagi. Mereka menanti datangnya rombongan Bupati Grobogan dalam tradisi Boyong Grobog. Tradisi ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan pra peringatan HUT Grobogan yang diperingati setiap tanggal 4 Maret.

Kegiatan ini dipusatkan di tiga tempat yakni Kelurahan Grobogan, Pendapa Kabupaten serta Alun-alun Purwodadi. Dimulai dari Kelurahan Grobogan, Bupati bersama rombongan yakni jajaran Forkopimda Grobogan yang telah mengenakan pakaian adat Jawa Solo bernuansa putih mengikuti prosesi perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan menuju Purwodadi.

Usai melakukan prosesi, Bupati beserta rombongan menaiki kereta kencana menuju ke Purwodadi. Sepanjang perjalanan, Sri Sumarni yang didampingi anak dan menantu beserta tiga cucunya menyapa masyarakat Kabupaten Grobogan. Senyum sapa orang nomor satu di Kabupaten Grobogan tersebut membuat warga masyarakat merasakan adanya kedekatan dengan pemimpinnya.

Dari Grobogan ke Purwodadi

Tradisi Boyong Grobog ini merupakan prosesi perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan.

Sebelumnya, pusat pemerintahan berada di Kelurahan Grobogan dan terdiri dari beberapa wilayah seperti Sela, Teras, Karas, Wirosari, Santenan, Grobogan dan beberapa daerah di Sukowati bagian utara Bengawan Solo dengan bupati yang pertama Adipati Pangeran Puger.

Pada tahun 1864, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kelurahan/Kecamatan Purwodadi yang pada saat itu di bawah pimpinan Adipati Martonagoro. Prosesi perpindahan ini melibatkan seluruh prajurit dan para abdi dalem lengkap dengan persenjataan dan bermacam hasil bumi. Seluruh alat persenjataan ini disimpan ke dalam kotak. Sementara hasil pertanian dibawa dalam bentuk gunungan yang mempunyai filosofi hasil pertanian masyarakat semakin melimpah. Isi dari gunungan ini kemudian diperebutkan kepada warga sekitar.

blank
Setelah sampai di Pendapa  Kabupaten Grobogan diadakan doa bersama sebelum melakukan peletakkan pusaka dan alat-alat persenjataan yang tersimpan di dalam kotak (grobog). Foto : Hana Eswe

Sesampainya di Pendopo Kabupaten Grobogan, Bupati melakukan ritual cuci tangan dengan air kembang di depan pintu gerbang. Kemudian dilanjutkan berjalan ke dalam pendopo. Di sana, Bupati mengikuti ritual penyerahan pusaka yang tersimpan di dalam grobog (kotak). Sebelumnya didahului dengan doa bersama dan dilanjutkan menuju ke Alun-alun untuk prosesi acara selanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Sri Sumarni mengatakan, pemindahan pemerintahan dari Kelurahan Grobogan ke Kelurahan Purwodadi guna memudahkan sistem administrasi pemerintahan. “Pemindahan ini untuk memudahkan sistem administrasi pemerintahan. Kelurahan Purwodadi ini dirasa sangat strategis. Kami berharap prosesi kirab Boyong Grobog ini terus dilestarikan warga Kabupaten Grobogan,” harap Sri Sumarni.

Di sisi lain, Sekda Grobogan, Moh Soemarsono mengungkapkan gunungan yang dibawa masyarakat mengandung arti agar hasil pertanian masyarakat semakin berlimpah. Di samping itu, gunungan juga sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat Grobogan akan hasil pertanian yang ada selama ini.

“Gunungan ini sebagai simbol rasa syukur masyarakat Grobogan pada Allah SWT atas rezeki yang telah diberikan. Semoga ke depan, masyarakat Grobogan semakin sejahtera secara utuh dan menyeluruh,” kata Moh Soemarsono.

Masyarakat berebut gunungan usai berdoa bersama. Mereka beramai-ramai merebut sayur mayur dan buah-buahan yang terpasang di gunungan tersebut. Seperti yang dilakukan Edi, warga Purwodadi yang berhasil mengambil beberapa jenis sayuran dari gunungan tersebut.

suarabaru.id /Hana Eswe