blank

SEMARANG-Unissula mengadakan seminar dan workshop sertifikasi halal dalam sector jasa di era industry 4.0 beserta kebijakan peluang dan tantangan yang dilaksanakan di kampus Kaligawe KM Semarang (2/3/ 2019).

Narasumber Prof Ir Sukoso MSc PhD Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Indonesia  menyatakan mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim namun banyak yang tidak paham pentingnya standar halal maupun haram suatu produk maupun jasa.

“Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim namun banyak yang tak paham atau menganggap remeh kehalalan maupun keharaman sebuah produk maupun jasa. Hal ini salah satunya dibuktikan saat saya beberapa kali berdialog dengan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah mereka menyatakan masak pak mereka tak percaya dengan kehalalan produk yang saya jual kami kan yang jualan pakai jilbab. Itu hanya sedikit contoh belum pahamnya masyarakat tentang standar produk maupun jasa halal,” ungkap Sukoso.

Ia juga bercerita bagaimana Indonesia kalah dari Brazil di WTO tentang standar halal ini. “Kalau kita main sepak bola dengan Brazil dan kalah itu kan wajar lha ini kita kalah dengan Brazil dalam hal standar produk halal dalam hal menyembelih ayam ini kan sangat ironis. Mereka begitu teken kontrak tentang produk halal khususnya ayam mereka benar benar mengecek ke rumah potong hewan melihat bagaimana orang orang Indonesia menyembelih ayam di pasar dan mereka melihat kebanyakan orang yang menyembelih ayam awalnya memang sudah betul mereka berdoa, kemudian pisau yang digunakan juga sangat tajam namun begitu ayam dipotong langsung dilempar ke air panas jadi bisa jadi ayam mati bukan karena disembelih tapi karena air panas,” ungkap guru besar Universitas Brawijaya tersebut.

Masih menurut Sukoso bahwa saat ini ada fenomena luar biasa tentang pentingnya stadar produk halal. “Saat ini misalnya saja permintaan tertinggi mengenai sertifikasi produk halal justru datang dari negara negara non muslim contoh saja saat ini ada 200 lebih produk yang disertifikasi halal di Korea Selatan. Di era industri 4.0 ini jika kita tidak bersiap maka kita akan digulung bahkan oleh hal yang sebenarnya sangat simpel seperti label halal. Coba bayangkan kalau ada dua produk yang sama yang satu berasal dari dalam negeri tapi tak tersertifikasi halal dan ada produk luar negeri yang hampir sama dan tersertifikasi halal kira kira yang akan dipilih konsumen muslim dalam negeri produk yang mana? Tentunya yang bersertifikat halal. Itulah pentingnya sertifikasi halal terlebih diera perdagangan bebas saat ini. Alhamdulilah mulai 2019 Undang Undang produk halal segera diberlakukan sehingga dapat melindungi konsumen Indonesia dari produk dan jasa yang tak halal,” kata Sukoso.

blankPembicara lainnya antara lain Ketua MUI jateng KH Ahmad Daroji,  Ketua MUKISI dr Masyhudi MKes, dan Prof Dr Irwandi Jaswir MSc dengan moderator drg Suryono SH MM PhD yang juga meruapakan dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unissula dan juga ketua Pusat Studi Global Halal Center Jateng.

blankSementara itu Rektor Unissula Ir Prabowo Setiyawan MT PhD dalam sambutannya menyebut  selama ini standar produk halal belum banyak dipikirkan padahal itu sangat fundamental “Bisa jadi doa kita tak terkabul karena kita memakan makanan yang haram. Allah sudah sangat tegas meminta umat muslim untuk hanya mengkonsumsi yang halal dan baik. Jika Allah menentukan halal bagi kita maka itu pasti baik. jika Allah menetukan haram maka pasti jelek bagi kita” Pungkas Prabowo.

Dalam kesempatan tersebut juga diadakan MoU antara Unissula yang diwakili Rektor Ir Prabowo Setiyawan MT PhD dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH RI)  yang diwakili ketua Prof Ir Sukoso MSc PhD.

blankDiakhir acara juga diadakan deklarasi komitmen bersama berkhidmad menyelamatkan umat. Seminar tersebut dihadiri para akademisi dan masyarakat kota Semarang.(suarabaru.id)