blank
Nampak para petani memanen padi. Di musim panen ini, harga gabah terus merosot. foto: Suarabaru.id

KUDUS – Musim panen yang berlangsung di berbagai daerah membuat harga gabah kering panen terus anjlok. Hingga Jumat (1/3), harga gabah di tingkat petani merosot hingga di angka Rp 4.800 per kilogram, jauh dibanding harga sebelumnya yang mampu di angka Rp 5.100 per kilogram.

Jomo, salah seorang petani di Desa Wates, Kecamatan Undaan menuturkan, penurunan harga gabah terjadi semenjak panen raya di bulan Februari ini.  Melimpahnya stok gabah di pasaran membuat harga gabah terus menurun dari hari ke hari.

”Yang untungnya kami bisa panen lebih awal. Jika panen terlambat, bisa jadi harga gabah terus merosot hingga Rp 4.000 per kilogram,” katanya.

Penurunan harga jual gabah, menururnya paling drastis terjadi sejak tiga hari yang lalu, menyusul mulai melimpahnya stok gabah di pasaran. Hampir semua daerah, seperti Blora, Purwodadi, Grobogan, Bojonegoro dan Tuban Musim mulai memasuki musim panen sehingga mengakibatkan stok gabah melimpah dan berdampak penurunan harga jual di pasaran.

Diakui Jomo, meski harga turun, dengan harga saat ini petani masih bisa membukukan keuntungan. Ia memprediksi harga jual gabah akan kembali turun, seiring masih banyak lahan tanaman padi yang belum dipanen. “Beruntung bisa panen lebih awal, sehingga masih bisa mendapatkan keuntungan. Jika harga jual turun hingga Rp400.000 per kuintal, maka jelas petani rugi,” ujarnya.

Disinggung produksi panen yang dicapai, sejauh ini kata Jomo masih cukup bagus. Setiap hektar, di wilayah Undaan masih mampu menghasilkan gabah sebanyak 7,5 ton – 8 ton per hektarenya.

Senada, Wawan, petani asal Desa Larikrejo, Kecamatan Undaan, mengakui juga mengelu harga gabah yang terus merosot. Bahkan, paling parah terjadi pada gabah jenis ketan yang saat ini hanya laku Rp 4.500 per kilogram.

”Ya dari sawah memang langsung ditebas sama tengkulak. Jadi, mau tidak mau petani harus ikut harga pasar,” tandasnya.

Suarabaru.id/Tm