blank
Gubernur Ganjar Pranowo bertindak sebagai pembicara kunci dalam talkshow bertema “Media, Keragaman, dan Tahun Politik 2019” di Kantor PWI, Gedung Pers Semarang. Foto: Resty

SEMARANG- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah bekerja sama dengan beberapa media di Jawa Tengah menyelenggarakan talkshow bertema “Media, Keragaman, dan Tahun Politik 2019”. Acara yang diikuti para wartawan ini berlangsung di Kantor PWI Jateng Gedung Pers Jalan Trilomba Juang 10 Semarang, Senin (11/2).

Tampil sebagai keynote speaker dalam talkshow tersebut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, S.H., M.IP. Hadir pula Wakil Gubernur, H. Taj Yasin Maemoen, Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat, Prof. Dr. Noor Achmad,MA, Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS, Ketua DPRD Kota Semarang, Supriyadi, MA, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jateng, Dewi Susilo Budihardjo, dan Ketua KPID Jateng, Budi Setyo Purnomo, M.Ikom.

Ganjar Pranowo dalam talkshow ini mengatakan padai tahun politik yang sepertinya akan digoreng luar biasa ini. “Tidak mendapatkan bantuan banjir saja itu bisa menjadi isu politik yang menarik dan kemudian bisa menyasar ke mana-mana. Peran media menjadi penting untuk mengedukasi, apalagi sedang terjadi kontestasi yang luar biasa khususnya dalam tahun politik,” kata Ganjar.

Dikatakan, penting bagi media untuk memberitakan serta memberikan pemahaman kepada masyarakat agar masyarakat tidak mudah menjadi korban hoaks (berita bohong), apalagi di tahun politik menjelang pilpres dan pileg seperti sekarang ini.

blank
Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS berbicara di depan Gubernur dan Wagub Taj Yasin dalam talkshow di Gedung Pers. Foto: resty

Sementara Amir Machmud NS selaku Ketua PWI Jateng juga mengatakan, dalam acara puncak tasyakuran di RRI Semarang yang digelar (10/2) juga mendapat tanggapan sinis dari beberapa pihak, terkait dengan tema yang diusung. “Impian media untuk betul-betul bening, jernih, itu ternyata tidak selalu mendapat restu. Impian kami untuk mengajak mendudukkan perkara jurnalistik ini dalam hakikat yang sesungguhnya menjadi sebuah sikap dan tantangan itu ternyata tidak selalu direstui oleh mereka-mereka yang ingin kami berpihak,” kata Amir.

Tantangan politik ini godaan terbesar di pers itu mudah-mudahan bisa disampaikan. “Kita masih terus berharap sebagai pilar demokrasi berikutnya pers adalah lembaga yang bisa mengontrol, kalau ada yang keliru bisa diluruskan, kalau ada yang salah bisa dibenarkan, kalau ada gosip bisa disampaikan, tanpa harus nyinyir. Inilah yang menjadi tantangan pers hari ini,” tambah Ganjar Pranowo.

suarabaru.id/Haresti Asysy Amrihani