blank
Dalang Ki Deres Sugiyono Candrapurnama (berdiri pegang wayang), tampil menyajikan lakon Gatutkaca Jedhi dalam pentas garingan yang diformat minimalis tanpa kelir dan tanpa iringan gamelan. Ini dilakukan dalam melaksanakan program WMS di hadapan para murid.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Dalang Ki Deres Sugiyono Candrapurnama SSn, kini aktif mengenalkan kesenian wayang kulit ke sekolah-sekolah, utamanya ke Sekolah Dasar (SD) melalui program Wayang Masuk Sekolah (WMS). Hal itu dia lakukan karena merasa prihatin terhadap rendahnya apresiasi masyarakat dan generasi muda, terhadap wayang kulit yang dipahami sebagai budaya adiluhung bangsa Indonesia yang kini menjadi warisan dunia.

UNESCO sebagai lembaga dunia yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, telah menetapkan wayang sebagai warisan dunia, yakni sebagai warisan budaya tak benda melalui pengukuhan World Master Piece of Oral and Ingtangible of Humanity pada tanggal 7 Nopember 2003. Buntutnya, Tanggal 7 Nopember kemudian ditetapkan sebagai Hari Wayang Dunia.

Meskipun telah mendunia, apresiasi terhadap wayang sebagai seni budaya yang adiluhung masih memprihatinkan. ”Sebab wayang hanya berkibar di lingkup kalangan tertentu saja. Yakni para pelaku seniman dan pemerhati wayang. Apresiasi masyarakat dan generasi muda terhadap wayang, masih menyedihkan,” tegas dalang Ki Sugiyono Deres Candrapurnama SSn. Termasuk masyarakat dan generasi muda di Kabupaten Wonogiri, daerah yang dikenal sebagai pusatnya produsen tata sungging wayang kulit, dan pernah memiliki empu dalang legendaris Ki Ngabehi Wignyosoetarno, yang menjadi guru besar di Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN) Surakarta. Tokoh guru dalang ini, juga kreatif memunculkan gaya pakeliran Mangkunegaran dan gaya pedalangan Wonogiren, serta menjadi guru dari sejumlah dalang kondang seperti Ki Narto Sabdo dan Ki Manteb Sudarsono.

Berangkat dari rasa keprihatinan tentang rendahnya masyarakat dan generasi muda mengapresiasi wayang, Ki Deres Sugiyono Candrapurnama, kini memunculkan program Wayang Masuk Sekolah (WMS). Terhitung sejak Bulan Januari 2019, setidak-tidaknya telah dilaksanakan program WMS ke sejumlah Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Wuryantoro dan Kecamatan Wonogiri Kota. Yakni SD Negeri 2 Genukharjo Kecamatan Wuryantoro, kemudian berturut-turut ke SD Negeri 1 Giritirto, SD Negeri 4 Wonogiri, SD Negeri 1 dan 2 Wononoboyo semuanya di wilayah Kecamatan Wonogiri Kota.

Ki Deres Sugiyono, dikenal sebagai guru kesenian SMK di Wonogiri, juga menjadi guru dalang di sejumlah sanggar kursus pedalangan. Melalui WMS, Ki Deres Sugiyono, memberikan kegiatan berupa pertunjukan pagelaran wayang kulit dengan format sederhana menyertakan properti minimalis untuk tampil secara garingan (tanpa iringan gamelan) di hadapan para murid. Durasi penyampaiannya sekitar 1 jam, untuk menyajikan lakon Gatutkaca Jedhi. ”Dengan mengedepankan nilai-nilai pendidikan melalui seni pewayangan. Tujuannya, agar anak-anak memiliki apresiasi terhadap wayang,” tegasnya.(suarabaru.id/bp)