blank
Para siswa SD Negeri 4 Wonogiri mahir menari reog Ponorogo. Ini berkat latihan rutin melalui ekstrakurikuler di sekolahnya.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Jumlah Sekolah Dasar (SD) banyak. Tapi SD yang memberikan ekstrakurikuler kesenian reog, jumlahnya hanya sedikit. Diantara yang sedikit itu, adalah SD Negeri 4 Wonogiri yang selama ini rajin memberikan pembimbingan menari reog sercara rutin di sekolah. Yakni dijadwalkan dua kali dalam sepekan. Hasilnya, para murid menjadi mahir menari reog.

Bersamaan dengan upacara pembukaan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) SD/MI tingkat Kecamatan Wonogiri, Kamis (31/1), group reog cilik SD Negeri 4 Wonogiri ikut tampil untuk memeriahkannya. ”Anak-anak, selama mengikuti ekstrakurikuler di sekolah, mendapatkan pembimbingan dari seniman reog Singo Jalu Wono,” jelas Kepala Sekolajh (Kasek) SD Negeri 4 Wonogiri, Suparto.

Untuk tampil mengawali pentas, anak-anak SD Negeri 4 Wonogiri ini membentuk formasi berbaris Tandya Magita Lumaksana. Yang paling awal tampil adalah empat anak pemeran Bujangganong, lengkap memakai kolor besar dan destar ikat kepala corak wulung. Mereka tampil memerankan aneka joget penggamabaran perang tanding adu kesaktian, yang dikombinasikan berbagai gerak atraktif dan akrobatik, termasuk salto jungkir balik. Disusul jathilan yang menggambarkan barisan prajurit berkuda, dimainkan oleh 6 siswi lengkap dengan asesories kuda kepang, yang menari dengan trengginas (lincah bersemangat). Baru kemudian disusul oleh warok pembarong yang memainkan dadak merak.

Para tamu undangan memberikan applaus dan apresiasi terhadap eksistensi reog cilik ini. ”Ini memberikan keyakinan bahwa kesenian reog masih lestari mewaris dari generasi ke generasi,” ujar Priyanto. Keberadaan mereka, memberikan nilai yang sangat berarti dalam kiat melestarikan budaya negeri. Yang bila tidak di-uri-uri, beresiko diklaim oleh bangsa asing. Sebagaimana pernah terjadi, Malaysia dulu pernah mengklaim reog sebagai kesenian asli Negeri Jiran.

Tentu saja, klaim ini meresahkan bangsa dan memicu terjadinya aksi demo oleh massa warok (seniman reog) ke Kedutaan Malaysia di Jakarta. Sebab, reog merupakan kesenian aseli Ponorogo, Jatim, yang telah dicatatkan hak pantennya dengan Nomor: 026377 tertanggal 11 Februari 2004 di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.


Buntut dari kontroversi tersebut, pada akhir November 2007 Duta Besar (Dubes) Malaysia untuk Indonesia, Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain, menyatakan, Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli Negri Jiran. Reog yang disebut Barongan di Malaysia, itu dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut sebelum pembentukan negara Indonesia.(suarabaru.id/bp)