blank
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonogiri, Sri Wahyu Widayatto (kanan) menerima piala Adipura dari Wakil Presiden RI Yusuf Kalla. Ini merupakan piala Adipura yang ketiga kalinya dalam tiga tahun berturut-turut bagi Wonogiri.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Sebagai kota kecil, Wonogiri kembali mendapatkan anugerah Adipura. Piala Adipura, yang menjadi lambang supremasi keberhasilan pengelolaan kebersihan kota, diserahkan oleh Wakil Presiden RI Yusuf Kalla kepada Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonogiri, Sri Wahyu Widayatto. ”Ini merupakan Adipura ketigakalinya dalam tiga tahun berturut-turut bagi Wonogiri,” jelas Sri Wahyu Widayatto.

Terkait diperolehnya Adipura tiga tahun berturut-turut ini, digelar acara syukuran yang dirangkai dengan sarasehan bersama Bupati Wonogiri Joko Sutopo. Acara ini, digelar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Kerjolor, Kecamatan Ngadirojo (13 Kilometer arah timur Kota Wonogiri). Dipilihnya TPA untuk menggelar acara syukuran dan sarasehan, sekaligus untuk membuktikan bahwa keberadaan sampah di TPA tidak menimbulkan pencemaran bau.

Setiap hari, TPA menerima pasokan sampah sebanyak 183 Meter Kubik (M3) atau seberat 6 ton. Ke depan, ada penawaran kerjasama dengan pihak ketiga untuk pengelolaan sampah yang lebih baik lagi. Ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Pemkot Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. ”Sampah TPA Putri Cempo di Surakarta, telah diolah menjadi energi listrik,” ujarnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Afif Nur Imam dari UNS Sebelas Maret Solo, manakala sampah di TPA Kerjolor ini, dikelola dengan teknik composting dan pemilahan sampah unorganik, akan memberikan nilai tambah ekonomi Rp 760 ribu per hari. Selama ini, sekitar 70 persen sampah unorganik masih terbuang sia-sia. Pada hal bila dikelola dengan baik, dapat memberikan nilai tambah ekonomis yang cukup berarti. Di sisi lain, dampak gangguan pencemaran terhadap lingkungan, makin dapat ditekan untuk dinihilkan.

Keberadaan TPA, tandas Sri Wahyu Widayatto, telah memberikan dukungan yang besar dalam penilaian Adipura. Ikut dalam sarasehan, para penanggungjawab titik pantau Adipura, pasukan kuning, para pegawai DLH, tokoh masyarakat beserta warga di yang tinggal di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Juga hadir Camat Ngadirojo, Agus Hendradi, dan Camat Wonogiri Kota Slameto Sudibyo, masing-masing bersama jajaran Forkompincam.

Dalam kesempatan itu, Bupati mengingatkan, bila tidak ditangani dengan tata kelola yang baik, komprehensif dan profesional, masalah sampah ke depan dapat menjadi persoalan lingkungan yang berdampak pada kehidupan. ”Berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan,” tegas Bupati Wonogiri Joko Sutopo seraya mengajak agar semua elemen masyarakat peduli terhadap pengelolaan sampah secara mandiri. Utamanya sampah rumah tangga, dapat dikelola sendiri oleh masing-masing warga, tanpa harus dibuang ke sungai sebagai tindakan pintas yang pragmatis.

Bupati, menyerukan, perlunya edukasi kepada masyarakat untuk dibangkitkan kesadaran kolektivitasnya dalam penanganan sampah. ”Ini penting untuk dilakukan, karena makin hari volume sampah makin meningkat, seirama dengan bertambahnya penduduk,” tegas Bupati. Dalam acara sarasehan ini, dibuka dialog interaktif hadirin dengan Bupati. Bupati menjanjikan akan memberikan bantuan sepatu bot kepada para petugas sampah, juga memprioritaskan pemasangan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) dan pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kerjolor dan sekitarnya. Salah seorang anggota Pasukan Kuning, usul kepada Bupati agar tidak melakukan rasionalisasi petugas sampah. Bupati juga diminta untuk menambah kelengkapan peralatan sarana TPA.(suarabaru.id/bp)