blank
Prof KH Noor Achmad MA (tengah), KH Khammad Maksum Alhafidh (kanan) dan presenter Myra Azzahra (kiri)

SEMARANG– Dewan Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (DPP MAJT) yang tengah menyiapkan pembangunan Mahad Tahfidh dan Ilmu Tafsir Alquran, kini disibukkan dengan makin saratnya booking calon santri dari berbagai provinsi di Indonesia untuk belajar hafal Alquran di mahad tersebut. Sementara MAJT mematok menerima calon santri per tahun hanya 70-100 orang.

“Mengingat saratnya pemesanan ini, akhirnya kami mengubah dari semula menerima 70 calon santri khusus untuk Jateng, alokasinya menjadi 35 untuk Jateng dan sisanya mengakomodasi dari provinsi-provinsi di Indonesia,” tegas Ketua DPP MAJT Prof Dr KH Noor Achmad MA pada dialog interaktif ‘Ulama Menyapa’ yang disiarkan Live di TV Kampus Udinus (TVKU), Senin (26/11/2018).

Dialog interaktif yang dipandu Myra Azahra juga menghadirkan Pengasuh Ponpes Hafidh Quran Masjid Kauman, Semarang KH Khammad Maksum Alhafidh.

Prof Noor menegaskan, fenomena kuatnya para peminat untuk belajar Alquran tersebut menunjukkan generasi gadget di Indonesia semakin gemar belajar Alquran. Bahkan, tersemangat di dunia.

Menurut Prof Noor, rintisan mahad juga akhirnya berkembang desainnya tak sekadar program S1, kini mulai diproyeksikan juga S2 dan S3 dengan nama, Mahad Aly. Bekerjasama dengan ulama-ulama dunia terkemuka.

“Kita menarget lulusan S3 mahad Aly ini akan menjadi ulama dunia yang akan memiliki pengaruh kuat dalam mengembangkan ajaran Islam wasathiyah atau Islam yang moderat,” jelasnya.

Untuk memperlancar proses pembangunan mahad, kini, MAJT terus mengupayakan pembayaran tanah calon lokasi seluas 11.150 meter persegi yang berlokasi tepat di sebelah utara MAJT. Tanah tersebut dibebaskan dengan dana Rp 13 miliar dan baru dibayar MAJT Rp 3 miliar. Kekurangannya sedang diupayakan uluran tangan pada dermawan lewat lelang tanah wakaf dengan harga per meter Rp 1 juta. Prof Noor optimis akhir 2019 akan tertutup lewat lelang.

Ditegaskan, MAJT yang utama butuh pembebasan tanah, sedangkan untuk bangunan fisik akan diupayakan lewat program rumah susun sederhana untuk mahasiswa (rusunawa). Diharapkan pada 2020 mahad ini sudah terwujud.

Sementara KH Khammad Maksum Alhafidh yang juga Ketua Yayasan Masjid Agung Kauman, Semarang, menegaskan, kecintaan generasi gadget terhadap Alquran semakin tumbuh subur. Termasuk pondok hafalan Quran yang dikelola tidak bisa menolak santri hingga tembus 200 santri lebih, sementara pengajar cuma 11 orang, dari idealnya 1 pengajar maksimal mengampu 10 santri.

“Kami sudah memberlakukan para santri tidak boleh sekolah agar dapat konsentrasi tinggi, yang fungsinyta juga untuk membatasi. Namun kenyataannya jumlah pendaftar tetap tinggi dan tidak dapat ditolak,” lanjutnya.

Sehubungan segera dibukanya Mahas Tahfidh dan ilmu tafsir Alquran di MAJT, atas permintaan Prof Noor Achmad, Gus Khammad mengatakan siap untuk menjadi pengasuh. “Kami akan mengolaborasikan metode yang dimiliki MAJT dengan  ponpes yang diasuhnya di Masjid Kauman, Semarang, sehingga setiap santri dap[at hafal pada kisaran 3 tahun,” tegasnya.(suarabaru.id/sl)