blank
Bersamaan acara studi banding komparatif pembangunan prasarana embung, Ketua Komisi III DPRD Wonogiri Bambang 'Kingkong' Sadriyanto (kiri), menyerahkan cenderamata kepada Ketua DPRD Majalengka, Edy Anas Djunaedi.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Studi banding komparatif masalah pembangunan prasarana embung (bendung) irigasi, Selasa (16/10), dilakukan oleh DPRD Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat (Jabar), ke DPRD Kabupaten Wonogiri. Rombongan wakil rakyat Majalengka ini, dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Kabupaten Majalengka Edy Anas Djunaedi berasama ketua dan anggota Komisi III beserta unsur Sekretaris Dewan.

Tiba di DPRD Wonogiri, mereka diterima Ketua Komisi III DPRD Bambang ‘Kingkong’ Sadriyanto bersama Wakil Ketua dan Sekretaris Komisi III, Gimanto dan Suparmo, serta Sekretaris DPRD Wonogiri, Gatot Siswoyo. Ikut hadir untuk menjadi nara sumber dari dinas teknis terkait, yakni Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat Wonogiri, Aris Budoyo, Sekretaris Bappeda Wonogiri, Purwadi, dan Kasi Pembangunan Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri, Sujono.

Ketua DPRD Majalengka, Edy Anas Djunaedi, mengatakan, Majalengka merupakan daerah kabupaten yang terdiri atas 26 kecamatan, 333 desa dan 12 kelurahan, dengan jumlah penduduk sebanyak 1,2 juta jiwa. APBD Majalengka sebesar Rp 3 triliun lebih, dengan komposisi Pendapatan Aseli Daerah (PAD)-nya sebesar Rp 570 miliar. ”Kami harus berpikir untuk segera mencari ganti lahan pertanian produktif, ketika pembangunan Bandara di Provinsi Jabar, ikut menggunakan tanah Majalengka seluas 5.00 Hektare,” ujarnya.

Guna membuat lahan pengganti menjadi produktif, diperlukan potensi air, yang sumber daya air ini, salah satunya dari embung atau bendung irigasi. ”Kami memilih Wonogiri, karena kabupaten ini terkenal banyak memiliki banyak embung dan waduk, termasuk Waduk Gajahmungkur,” tegas Edy Anas Djunaedi.
”Tapi Waduk Gajahmungkur manfaat irigasinya dinikmati masyarakat hulu di luar Wonogiri,” kata Kasi Pembangunan SDA Bidang Pengairan DPU Kabupaten Wonogiri, Sujono. Kecuali Waduk Gajahmungkur, Kabupaten Wonogiri memiliki 7 buah waduk kecil yang mampu mengairi areal sawah seluas 3.681 Ha, dan memiliki 13 embung yang cakupan irigasinya mencapai seluas 1.326 Ha. Juga mempunyai 403 bendung irigasi. Fungsinya, menampung air di musim penghujan, dan dimanfaatkan untuk pemenuhan irigasi pada musim kemarau. Hampir semua waduk, embung dan bendung, menggunakan sistem beda ketinggian atau grafitasi dalam memberikan fungsi irigasi ke areal sawah para petani.
”Hanya satu embung yang menggunakan mesin pompa, yaitu Embung di Desa Balepanjang,” jelas Sujono. Karena lahannya berada di bawah atau ngarai, menggunakan tanah kas desa yang ditukar guling. Sebab, mencari lahan untuk membangun embung, tidaklah mudah. Embung Balepanjang, dibangun dengan dana Rp 2,37 miliar. Prasarana irigasi ini, bermanfaat untuk pengairan tanaman hortikultura dan dikembangkan pula untuk perikanan air tawar dan dijadikan destinasi wisata oleh Pemerintah Desa (Pemdes) yang mengelolanya. Pembangunan embung, juga untuk penyediaan air baku bagi warga masyarakat. Khusunya warga masyarakat Wonogiri selatan yang selalu dilanda kekeringan pada setiap datang musim kemarau.(suarabaru.id/bp)