TURNAMEN futsal ini memang amatir, baru memasuki tahun kedua dan diikuti klub-klub lokal. Namun, jangan salah menilai. Ajang bertajuk Super Soccer Futsal Battle 2018 ini rasanya seperti turnamen profesional. Lihat saja, tim peserta boleh diperkuat pemain profesional, venue yang dipakai memiliki standar tinggi dengan menggunakan lapangan interlock system standar internasional berukuran 40 meter x 20 meter. Hadiahnya pun menggiurkan, mencapai ratusan juta rupiah. Bisa dikatakan, turnamen amatir serasa profesional.

Ajang ini sudah digulirkan sejak 18 Agustus lalu dengan diikuti 480 tim dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon, Karawang, dan Sukabumi. Grand final digelar selama dua hari di pelataran Mall Taman Anggrek, Jakarta, Sabtu-Miggu (13-14/10). Tim yang masuk babak puncak ada 16 kontestan, perwakilan dari area Jakarta, Bekasi dan Tangerang. Jumlah kontestan tahun ini juga meningkat dibanding edisi sebelumnya. Pada tahun lalu, peserta hanya 320 tim. Artinya, tahun ini menambah 160 peserta, angka yang fantastis untuk ukuran turnamen lokal.

“Animo peserta memang besar dan tahun ini ada 480 peserta, sesuai yang ditargetkan Super Soccer,” tutur Joko Pramuji, project leader Roro Jonggrang selalu event organizer (EO) turnamen. Adanya pemain profesional yang membela klub di ajang Futsal Battle ini, diakui mantan pemain timnas futsal Indonesia, Vennard Hutabarat, cukup menarik. Sebab, hal itu bisa mendongkrak nilai jual turnamen. “Tidak ada nilai jual kalau tidak ada dua pemain Liga Pro. Jadi ini sangat bagus dan memberikan kesempatan bagi pemain lain untuk berkompetisi,” ujar Vennard.

Dalam setiap klub, memang diperbolehkan merekrut maksimal dua pemain profesional. Selain untuk menambah kualitas pertandingan, tujuannya juga transfer ilmu kepada pemain amatir. Pria yang akrab disapa Veve ini ikut berkontribusi pada pergelaran Super Soccer Futsal Battle. Jika tahun lalu ikut memeriahkan dengan cara menjalani laga hiburan dengan mantan pemain timnas futsal yang menjuarai Piala AFF 2010, tahun ini Veve dipercaya mengisi coaching clinic.

Pada babak final area Jakarta yang dimainkan di Lapangan Blok S, 14-16 September 2018, Veve melatih para pemain yang timnya gagal lolos. Bahkan, sebagian yang mengikuti klinik kepelatihan adalah para pemain Afrika yang berasal dari Nigeria, Senegal, Sierra Leone, Gambia, dan Ghana. Para pemain ini membentuk sebuah tim guna mengikuti turnamen, namun kalah bersaing dan tersingkir. Selanjutnya, Veve juga mengisi klinik kepelatihan di Babak Grand Final di Mall Taman Anggrek, 13-14 Oktober ini. “Kontribusi turnamen (Super Soccer Futsal Battle) cukup besar untuk perkembangan futsal di Indonesia. Sejauh ini tak banyak event skala besar dengan diikuti banyak peserta. Jadi ini membuat gairah tersendiri untuk mengembangkan bakat,” jelasnya.

Turnamen tersebut memang menarik minat banyak peserta. Tim Afrika pun ambil bagian. Datang dari Benua Hitam lalu bertemu di Indonesia, kemudian membentuk tim bernama All Stars FC dan langsung mendaftar. “Kami biasa bermain di lapangan besar (sepak bola), tapi kali ini main futsal. Kami lihat di poster ada pengumuman soal turnamen, lalu langsung mendaftar. Kompetisi ini bagus, tapi tim kami sudah kalah. Tahun depan, kami akan ikut lagi,” tutur Johnson, manajer tim dari Afrika, menggunakan bahasa Indonesia terbata-bata.

Pujian serupa juga dilontarkan pemain Kerambah FC, Dadang Prasetyo. Sebagai pemain profesional yang dikontrak klub Kerambah, dia selalu berjuang mati-matian demi juara. Dia juga ingin memberikan contoh kepada rekan-rekannya yang lebih muda, bahwa bertanding harus maksimal dan tak kenal menyerah.

“Buat saya, turnamen ini bagus, sistem juga bagus, apalagi lapangannya bertaraf internasional. Saya berharap akan muncul pemain bertalenta dari ajang ini,” kata Odang, sapaan akrab Dadang. Di tim Kerambah, Odang tak sendirian sebagai pemain pro. Masih ada Hamzah, rekannya yang tak kalah bersinar. Dua pemain ini, di klub profesional membela Halus FC, klub futsal milik tokoh ternama ibu kota, Haji Lulung. (Arif M Iqbal)