blank
Barisan putri domas bersama prajurit Irotono dan keluarga besar HKMN, ikut disertakan dalam arak-arakan prosesi kirab, menjelang dilakukan ritual jamasan pusaka Pangeran Sambernyawa.(suarabaru.ibu/bp)

WONOGIRI – Prosesi kirab digelar untuk mengawali ritual jamasan pusaka Pangeran Sambernyawa (Mangkunegara I), Minggu (23/9), di obyek wisata Waduk Gajahmungkur, Wonogiri. Kirab menampilkan Manggala (Pimpinan Barisan) Raden Ngabehi (RNg) Mulyanto SKar. Menyertakan barisan putri domas, prajurit Irotono bersenjata tombak dan pengusung joli (tempat alat jamasan) yang dipimpin Kanjeng Raden Arya Tumenggung (KRAT) Djoko Sihono Wibakso. Diiringi Kidungan Singgah-singgah Kala Singgah oleh Dalang Ki Widodo Wilis Prabowo.

Turut serta dalam prosesi kirab, ratusan orang dari ‘trah’ (keluarga besar) dari Himpunan Kerabat Mangku Negaran (HKMN) ‘Surya Sumirat’ berbusana Kejawen, barisan musik rebana para santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Hikmah asuhan KH Abdul Aziz Mahfuf (Gus Aziz), kesenian Barong Emprak pimpinan Koreografer Ludiro Pancoko, dan seni reog kucingan. Ikut serta kirab, barisan ‘Mandhaping Pusaka’ yang terdiri para warga dari trah Gunung Wijil sebagai petugas pengambil dan penyimpan pusaka Pangeran Sambernyawa di Monumen Tugu Nglaroh, Selogiri, Wonogiri. Disajikan pula tari Gambyong Pareanom oleh empat penari wanita.

Selesai kirab, dilakukan upacara serah terima pusaka dari RNg Mulyanto kepada utusan Istana Mangkunegaran Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lilik Priarso Tirtodiningrat selaku Pengageng Kadipaten Mandrapura, Mangkunegaran Surakarta. Diteruskan penyerahan pusaka kepada tim penjamas ahli pusaka Mangkunegaran pimpinan MNg Riyadi Putranto. Untuk selanjutnya dilakukan penjamasan (penyucian) di Rumah Jamasan Obyek Wisata Waduk Gajahmungkur Wonogiri. Ikut memberikan sambutan Sekda Suharno dan Wakil Bupati (Wabup) Edy Santosa.

Sebanyak tujuh pusaka Pangeran Sambernyawa yang dijamas pada Bulan Sura Tahun Be 1952 Windu Sengara Wuku Kulawu ini. Yakni tiga pusaka dari Monumen Tugu Nglaroh, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, terdiri atas dua tombak Kiai Jagur dan Kiai Totog serta Keris Kiai Karawelang. Kemudian yang dari Rumah Tiban Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, terdiri atas Tombak Kiai Limpung dan Keris Kiai Semar Tinandu. Berikut dua pusaka dari Kaliwerak, Giritirto, Wonogiri, berupa Keris Kiai Bancak dan Tombak Kiai Alap-alap. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, Pusaka Kabupaten Wonogiri, yakni Gong Besar Kiai Mendung Ekadaya Wilaga, kali ini tidak diikutsertakan jamasan.

Roni Susanto, tampil untuk memandu doa, kemudian dirangkai dengan penyerahan tokoh wayang Wisnu dari Wabup Edy Santosa kepada Dalang Ruwatan Massal Ki Kanjeng Raden Arya Tumenggung (KRAT) Suparmo Broto Carito Hadinangoro. Ruwatan massal dengan wayangan lakon Murwakala ini, diikuti 21 anak. Diantara mereka ada yang datang dari Ngawi (Jatim), Semarang, Boyolali dan Wonogiri. Nonot Suwarno, warga Lingkungan Salak, Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, mengikutkan dua anak lelakinya yang memiliki sebutan ‘Uger-uger lawang.’

Bertempat di Balai Joglo sisi timur Rumah Jamasan, Empu Keris MNg Agustinus Daliman, dari Sanggar Meteor Putih Gladi Tosan Aji Padepokan Lemah Putih, Mojosongo, Solo, memimpin demonstrasi pembuatan keris pusaka. Bersamaan itu, juga digelar pameran dan bursa pusaka serta konsultasi tentang tosan aji.(suarabaru.id/bp)