blank

SEMARANG- Percepatan pembangunan Rumah Sakit Islam (RSI) tipe C yang gratis bagi dhuafa (fakir miskin), semakin mendekati realisasi. Program yang digagas Yayasan Nadzir Wakaf Banda Masjid Agung Kauman (YNWBMAS) didukung Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat Prof Dr Muhammad Nuh, saat menghadiri rapat, di MAJT.

Rapat yang digagas Ketua YNWBMAS Prof Dr KH Noor Achmad MA, sifatnya koordinasi khusus, dipimpin Mantan Gubernur Jateng KH Ali Mufiz. Hasilnya, rapat memutuskan segala persiapan pembangunan RSI harus selesai di Muharrom 1440 Hijriyah. Bulan berikutnya harus mulai melangkah pada proses perizinan, penggalangan dana, penyiapan SDM, dan seterusnya.

Mantan Mendikbud di era Presiden SBY ini menilai, para pendahulu yang menyediakan tanah wakaf sekaligus membebaskan tanah wakaf ini sebagai peninggalan mulia. Tugas kita memakmurkan tanah wakaf tersebut program yang bermuara untuk kemashalatan dan kesejahteraan umat.

Sebelumnya, KH Ali Mufiz MPA menjelaskan, tanah yang tersedia sekitar 20 hektar, rencananya untuk RSI, lembaga pendidikan, pusat bisnis syariah dan hotel syariah. Tahap pertama yang akan dibangun RSI tipe C dengan taksiran biaya Rp 120 miliar. Rinciannya Rp 50 miliar untuk fisik gedung dan Rp 70 miliar fasilitas peralatan.

Diprogramkan, RSI yang garis bagi dluafa, dukungan anggarannya dari Baznas diambilkan dari zakat untuk fakir dan miskin. Terhadap rencana ini Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Baznas, dan Baznas Jateng dan Bank Syariah sudah memberi komitmen.

Merespons hal tersebut M Nuh mengatakan, inisiasi membangun RSI gratis untuk kaum miskin sebagai inisiasi yang hal luar biasa sehingga patut didukung. Sebab orang miskin yang sakit akan bertambah miskin, karena tidak produktif lagi. Apalagi harus membayar biaya pengobatan yang mahal, maka justru akan semakin miskin.

Dia mengusulkan agar di lingkungan RS dibangun taman agar pasien yang mulai sehat dapat jalan-jalan. Maka kebutuhan bangunan RS idealnya minimal 4 lantai.

Dikatakan, RSI ini juga harus punya keunggulan yaitu punya “akar sosial”. Maka konsepnya harus sudah bergeser dari musabaqoh (fastabiqul khoirat) ke ta’awun (prinsip menolong).

Hadir pula dalam rapat selain BWI Pusat, YNWBMAS, juga Baznas Pusat, Kanwil Kemenag Jateng, Masjid Agung Semarang (MAS) dan MAJT.(surabaru.id/sl)