blank
Koramil Pracimantoro Kodim 0728 Wonogiri, bekerjasama dengan Hernowo, peduli memberikan bantuan air bersih sebanyak 10 mobil tangki, untuk warga Dusun Semen dan Gandu yang dilanda kekeringan.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Dua jenis angin atau badai, yakni Elnino dan Elnina, berpotensi menimbulkan bencana pada wilayah Indonesia. Elnino berdampak menimbulkan bencana kekeringan, dan Elnina menyebabkan hujan besar yang berdampak pada kemunculan bencana banjir dan longsor.
Hal ini ditegaskan oleh Rudi Setyo Prihatin dari Badan Metereologi Klimatologi Geofisika Stasiun Semarang, Rabu (12/9), saat tampil memberikan pemahaman pada acara sosialisasi daerah rawan bencana. Sosialisasi yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jateng ini, digelar di ”Sumber Mirah” Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.
Turut hadir Wakil Ketua Komisi E Provinsi Jateng, Joko Purnomo, Kepala BPBD Jateng yang diwakili Ketut Artana, Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, Camat Pracimantoro, Warsito, Danramil-13 Pracimantoro Kapten (Cba) Budi waluyo, Kapolsek Pracimantoro AKP Dwi Krisyanto, para Kepala Desa (Kades) dan Lurah se Kecamatan Pracimantoro dan tokoh masyarakat.
Menurut Rudi Setyo Prihatin, klimatologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas mengenai sifat iklim di suatu tempat, baik iklim di Indonesia maupun di seluruh dunia, dan hubungannya dengan aktivitas manusia. Imu Klimatologi sangat bermanfaat bagi berbagai bidang, seperti pertanian, kehutanan, perhubungan, peternakan, perdagangan dan pariwisata. Memahami klimatologi, memiliki tujuan untuk membuat penggolongan iklim, sehingga akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Untuk wilayah Wonogiri yang sampai Bulan September ini ternyata belum turun hujan, bisa jadi itu dipengaruhi oleh Elnino. Ilmu klimatologi digunakan untuk menerangkan tentang iklim, untuk meningkatkan upaya waspada terhadap akibat negatif yang bisa ditimbulkan oleh kondisi dan situasi cuaca atau iklim yang ekstrim. Klimatologi juga dapat dimanfaatkan untuk menyesuaikan diri dengan karakter iklim setempat, sehingga dapat terhindar dari hambatan yang ditimbulkannya.
Terkait dengan wilayah Wonogiri yang sampai sekarang belum turun hujan, I Ketut Artana dari BPBD Jateng, menawarkan bahwa BPBD Jateng mempunyai anggaran untuk tanggap bencana. ”Dengan dasar pengajuan dari pemerintah daerah, itu nantinya dapat disalurkan ke daerah-daerah yang membutuhkan dan sesuai dengan pengajuannya,” jelasnya. Kabupaten Wonogiri, tambhanya, masuk dalam peta rawan bencana, khususnya kekeringan di musim kemarau, termasuk di wilayah Kecamatan Pracimantoro, yang sampai saat ini problem kekeringannya belum dapat terselesaikan. Untuk solusi penyelesaian bencana kekeringan, kiranya perlu diprogramkan dan perlu didukung peningkatan kesediaan alokasi dana anggarannya. Terlebih lagi, ini menyangkut program yang langsung menyentuh masyarakat dan berkaitan dengan penanggulangan bencana, kiranya perlu untuk dipriorotaskan.
Dalam kesempatan itu, Camat Pracimantoro, Warsito, menyampaikan ucapan terimaksih kepada BPBD Propinsi Jawa Tengah, yang telah memilih Pracimantoro untuk dijadikan tempat diselenggarakannya sosialisasi daerah rawan bencana. ”Kegiatan seperti ini memang sangat penting untuk dilakukan, karena sebagian besar wilayah Jawa Tengah termasuk rawan bencana, tak terkecuali khususnya wilayah Kecamatan Pracimantoro,” tandasnya.(suarabaru.id/bp)