blank
KRA Pranoto Adiningrat, diapit putra-putri Duta Wisata Wonogiri, saat tampil memimpin upacara adat tradisi Susuk Kuwangan di Hutan Setren Girimanik, lereng Gunung Lawu selata, pada Bulan Besar Kalender Jawa.(suarabaru.id/bp)
WONOGIRI – Menurut versi Asopon (Tahun Alip, Selasa Pon), tanggal 1 Sura Tahun Be 1952 kalender Jawa, jatuh pada hari Rabu Kliwon (12/9). Kemudian manakala menganut versi Aboge (Tahun Alip, Rabu Wage), tanggal 1 Sura kali ini jatuh pada hari Kamis Legi (13/9). Demikian dijelaskan oleh Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningrat. Tapi, mengapa pada kalender tanggal merahnya jatuh 11 September 2018 ? ”Itu bukan Tanggal 1 Sura, tapi Tanggal 1 Muharam,” tegasnya.
KRA Pranoto Adiningrat yang juga abdi dalem Keraton Surakarta ini, menyatakan, ada cara metodis yang mudah dipakai untuk pedoman menentukan datangnya hari tanggal 1 Sura. Pedomannya, mengacu pada perhitungan versi Aboge, artinya pada setiap Tahun Alip, tanggal 1 Sura-nya jatuh pada hari Rabu Wage (Aboge). Bagaimana untuk sekarang, yakni Tahun Be 1952 ? Pedomannya adalah Bemisgi, artinya Tahun Be Tanggal 1 Sura-nya jatuh pada Kamis Legi atau tanggal 13 September 2018.
Menurut Pranoto, mantan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Wonogiri ini, cara metodis yang gampang untuk acuan penentuan tanggal 1 Sura ini, dulu diciptakan oleh Koesmin Dwidjosiswoto (Alm), yakni tokoh Kejawen pakar penanggalan Jawa, yang juga modin (juru doa) di Lingkungan Salak, Kalurahan Giripurwo, Kecamatan dan Kabupaten Wonogiri. Cara menghitung kapan tanggal 1 Sura, menganut babon pedoman versi Aboge. Disebut Aboge, itu artinya setiap datang tahun Alip, tanggal satu Sura-nya jatuh Rabu Wage. Setelah Aboge, kemudian Ekatpon. Yakni di Tahun Ehe, tanggal satu Sura-nya jatuh pada hari Akat Pon (tahun Ehe, Akat Pon).
Selanjutnya, Walmahpon (Tahun Jimawal, Jemuah/Jumat Pon). Selanjutnya Jesoing (Tahun Je, Seloso Pahing). Giliran selanjutnya, Daltugi (Tahun Dal, Setu/Sabtu Legi), sebagaimana yang terjadi pada tahun 1951 nanti. Yakni jatuh Sabtu legi (23/9). Pedoman hitungan selanjutnya Bemisgi, yakni untuk Tahun Be maka tanggal satu Sura-nya jatuh hari Kamis Legi (Bemisgi). Pedoman penghitungan tersebut, akan berlanjut untuk tahun Wawu, yang hitungannya mengacu pada Wunenwon (Tahun Wawu, Senin Kliwon). Selanjutnya mengacu pada pedoman Kirmahge (Tahun Jimakir, Jemuah/Jumat Wage).
Hitungan Asopon, menganut penanggalan karya Sultan Agung Harnyakrakusuma. Sebagai Raja Mataram Islam Tanah Jawa, Sultan Agung, membuat kalender Jawa, yang memadukan tahun Saka dari India, dengan penanggalan Hijrah dari Arab. Untuk versi Asopon, artinya tanggal 1 Sura Tahun Alip, jatuh pada hari Seloso Pon. Ini terhitung maju sehari dibandingkan dengan versi Aboge. Karena itu, versi Asopon pada penentuan Tanggal 1 Sura Tahun Be 1952 sekarang, jatuh pada hari Rabu Kliwon (12/9). Kata Pranoto, bila memahami versi Aboge dan Asopon, maka tdak akan memunculkan kontroversi ketika menentukan Tanggal 1 Sura.
Adi Candra, Budaywan dari Komunitas Kejawen Maneges Budaya Jawa, menyatakan, pakem Aboge Tanggal 1 Sura Tahun Be 1952 jatuh pada Kemis Legi (13/9). ”Tapi karena yang telah berjalan sudah khuruf Asopon, maka Tanggal 1 Sura kali ini jatuh pada Rabu Kliwon (12/9). Sejak Selasa Wage (11/9) sore, hitungannya telah masuk Tanggal 1 Sura. Khuruf, itu pedoman untuk mendasari Tahun Jawa yang tengah berjalan. ”Yang setiap 120 tahun, bergeser mundur sehari,” jelas Adi Candra.(suarabaru.id/bp)