blank
Upaya pemadaman kebakaran di Hutan Gunung Kelir, menghadapi tantangan medan yang berat. Terlebih lagi, yang berlokais di lereng puncak, dengan kemiringan tebing ada yang di atas 45 derajat.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Upaya pemadaman hutan yang terbakar di  Gunung Kelir wilayah Tekil, Desa Sempukerep, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, dilakukan selama dua hari. Api akhirnya dapat dipadamkan dengan teknis membuat ‘ilaran,’ yakni alur ruang celah buatan, sebagai langkah mengisolasi agar kobaran api tidak semakin meluas. Baru kemudian, dilakukan pemadaman pada titik-titik api yang dapat terjangkau oleh petugas.
Usaha memadamkan kebakaran hutan di Gunung Kelir ini, menghadapi tantangan medan yang berat, yakni lereng terjal dengan kemiringan ada yang di atas 45 derajat. Tidak ada akses jalan menuju ke lokasi kebakaran. Juga terkendala karena di lokasi tidak ditemukan persediaan air. Langkah pemadaman ke titik api, dilakukan dengan cara manual, yakni memakai pentungan, tongkat dan gepyokan. Titik nyala api digepyok agar padam. Hanya dengan teknik ini, langkah pemadaman kebakaran hutan tersebut dapat dilakukan, meski mengundang resiko yang tidak kecil, yakni kendala medan yang sulit dan lereng tebing terjal, dan harus memperhitungkan arah tiupan angin, supaya tidak terjebak kobaran api.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, personel yang terlibat dalam pemadaman kebakaran hutan, terdiri atas para relawan siaga bencana dari Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB), bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) dari BPBD, dibantu petugas dari Polsek dan Koramil, aparat dari Kecamatan, mandor hutan, pamong desa dan warga masyarakat. Luas hutan negara di Gunung Kelir yang terbakar sekitar 13 Ha, yang pengelolaannya berada dalam kewenangan Perhutani, dan lokasinya berada di Petak 48 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tritisan Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonogiri.
Areal yang terbakar terdiri atas seluas 10 Ha di Desa Sempukerep dan 3 Ha di Desa Sembukan di wilayah Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Tanaman tegakan (inti) hutan terdiri atas Pohon Jati, Pinus dan Sonokeling. Areal hutan ini, menjadi rawan kebakaran, karena rumput, semak belukar dan perdu yang ikut tumbuh menyatu dengan tanaman tegakan hutan, pada mengering oleh pengaruh terik panas di musim kemarau puncak sekarang ini. Seperti pernah diberitakan, kebakaran hutan di Gunung Kelir ini, bersamaan dengan kebakaran hutan rakyat di Gunung Kawuk di Desa Jenid dan hutan rakyat di Dusun Geran, Desa Gemantar, semuanya di wilayah Kecamatan Selogiri, Wonogiri.
Pemicu kebakaran masih dalam penyelidikan petugas, diduga karena api puntung rokok yang dibuang sembarangan, atau api dari pembakaran sampah yang dilakukan untuk langkah pembersihan ladang. Api cepat berkobar dan tidak terkendali, karena ada tiupan angin kencang musim kemarau. Disayangkan manakala dugaan ini benar, karena itu dinilai sebagai tindakan sembrono di tengah kondisi yang serba mengering dan rawan kebakaran di musim kemarau puncak sekarang ini.(suarabaru.id/bp)