blank
Ketua Bhayangkari Wonogiri Ny Joise Pardede (ketiga dari kanan) didampingi Kapolres AKBP Robertho Pardede (kiri) melakukan pemotongan tumpeng dalam acara memperingati HUT Ke 70 Polwan.(suarabaru.id/bp)

 

WONOGIRI – Acara kenduri tumpengan untuk memperingati HUT Ke 70 Polisi Wanita (Polwan), digelar bersamaan dengan apel pagi Senin (3/9) di halaman depan Mapolres Wonogiri. Ditandai dengan pemotongan tumpeng dan kue tart oleh Ketua Bhayangkari Cabang Wonogiri, Ny Joise Pardede, untuk diberikan kepada Polwan senior AKP Partiyem dan personel Polwan termuda Bipda Rizki Devi.
Hadir dalam acara ini, Kapolres Wonogiri AKBP Robertho Pardede, Wakapolres Kompol A Aidil Fitrisyah, para Kabag dan Kasat serta Kapolsek se jajaran, para perwira dan staf. Kapolres tampil menjadi Pembina Upacara. Seluruh personel inti pelaksana upacara, dipercayakan kepada personel Polwan. Kasatlantas Polres Wonogiri AKP Dwi Erna Rustanti, menjabat sebagai Perwira Upcara. Ipda Endang Murdiyanti, Kepala Unit PPA Sat Reskrim, menjadi Komandan Upacara. Ajudan Inspektur Upacara Bripda Rahmawati, pembawa acara (protokol) Brigadir Ririn Indrawati didampingi cadangannya Brigadir Shaty Eka Wijayanti. Pembaca naskah sejarah Polwan Aiptu Wuriana, pengucap Tribrata Bripda Wahyu Widiastuti, dan pembaca doa Bripda Citra Ayu.
Secara historis, kelahiran Polwan di Indonesia, tak jauh berbeda dengan proses kelahiran Polwan di negara lain, yang bertugas dalam penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan yang melibatkan kaum wanita, baik korban maupun pelaku kejahatan. Polwan di Indonesia lahir pada Tanggal 1 September 1948 atau selang tiga tahun setelah Indonesia merdeka. Kelahiran Polwan berawal dari kota Bukitinggi, Sumatera Barat, tatkala berlangsung Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi agresi militer Belanda II. Saat itu, terjadi pengungsian besar-besaran untuk menjauhi peperangan. Untuk mencegah penyusupan, para pengungsi menjalani pemeriksaan. Ini menimbulkan problem karena wanita tidak mau digeledah oleh polisi pria. Menyikapi ini, pemerintah menunjuk Sekolah Polisi Negara (SPN) Bukitinggi, untuk membuka pendidikan Inspektur Polisi bagi kaum pemrempuan. Setelah melalui seleksi, terpilihlah 6 orang gadis remaja yang kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranang Minang, yaitu Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Huseein dan Rosnalia Taher, secara resmi mulai Tanggal 1 September 1948 mengikuti pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukitinggi. Sejak saat itu, dinyatakan lahirlah Polwan Indoesia. Keenam Polwan angkatan pertama tersebut, juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di Tanah Air.(suarabaru.id/bp)