blank
Ketua Umum PWI Pusat Margiono didampingi anggota Dewan Penasihat dalam silaturahmi di Hotel Santika Premier, Slipi, Jakarta.(Foto: Suarabaru.id)

JAKARTA –  Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono mengingatkan, agar para pengurus organisasi profesi kewartawanan ini punya mimpi-mimpi. Hidup akan menjadi besar karena perjuangan mewujudkan mimpi.

“Jangan sampai bermimpi saja tidak bisa,” katanya dalam Silaturahmi Ketua Umum dengan PWI Provinsi Se-Indonesia di Hotel Santika Premier, Slipi, Jakarta, Selasa (14/8).

Organisasi-organisasi yang besar, seperti PWI, dibangun karena mimpi, cita-cita besar para pendiri dan pengelolanya. Dia menekankan soal mimpi itu terkait dengan visi kepemimpinan PWI ke depan. Kini impian-impian seperti Sekolah Jurnalistik, dan Uji Kompetensi Wartawan sudah bukan lagi mimpi, tetapi telah terealisasi dari program pendidikan.

“Maka saya minta para calon ketua umum yang akan berkontestasi di kongres bulan depan mulai menjual mimpi, mengampanyekan visinya,” kata Margiono sambil menyebut tiga nama yang menguat di bursa calon ketua umum, yakni Sekretaris Jenderal Hendry Ch Bangun, Ketua Bidang Organisasi Sasongko Tedjo, dan Ketua Bidang Daerah Atal Sembiring Depari.

Margiono juga mengapresiasi support para senior dalam kepengurusan dan kegiatan PWI. “PWI menjadi besar karena support lintas generasi. Jarang ada organisasi yang seperti PWI,” ungkapnya.

Kinerja

Sementara itu, Ketua Bidang Pendidikan Marah Sakti Siregar mengevaluasi, silaturahmi di kalangan PWI memang terasa makin menguat, namun yang harus lebih diperhatikan adalah kinerja.

“Masih dibutuhkan komitmen untuk mewujudkan kinerja, yang terkait dengan kompetensi dan integritas. Kita butuh kualitas personal, kompetensi nasional yang kuat, dan fokus dalam pendidikan,” tutur Marah Sakti.

Sejumlah ketua PWI, termasuk Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS dan Ketua PWI DIY Sihono HT ikut memberikan pandangan dan penilaian terhadap kepemimpinan Margiono dalam dua periode.

“Saya bangga menjadi ketua PWI provinsi di bawah payung kepemimpinan Margiono yang mengembangkan budaya ke-PWI-an. Beliau ibarat Gus Dur kecil di rumah besar PWI,” kata Amir. (suarabaru.id)