blank
Danrem 074 Warasatratama Surakarta, Kolonel (Inf) Widi Prasetijono (kedua dari kanan) bersama Dandim Wonogiri Letkol (Inf) M Heri Amrulloh, meninjau upaya memfungsikan kembali penyedotan air dari dalam Gua Luweng Songo.(suarabaru.id/bp)
WONOGIRI – Bantuan dua unit mesin pompa diberikan oleh Danrem 074 Warastratama Suarkarta Kolonel (Inf) Widi Prasetijono, dalam rangka memfungsikan kembali penyedotan air dari dalam Gua Luweng Songo di Desa Sumberangung, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Dua unit mesin pompa ini, sebagai pengganti dua unit pompa lama yang rusak karena terendam lumpur.

Menurut Kepala Desa (Kades) Sumberagung, Kecamatan Pracimantoro, Suyono, sumber air Gua uweng Songo ditemukan oleh komunitas pemuda pecinta alam yang melakukan survai masuk ke dalam luweng (perut bumi) dan menemukan aliran sungai bawah tanah yang airnya jernih dan memiliki debit sekitar 22 liter per detik. Potensi air bawah tanah ini, kemudian dieksploitasi demi pencukupan kebutuhan air bagi warga Desa Sumberagung.
Pada Tahun 2009, dengan mendapatkan bantuan dana Rp 350 juta dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng. Caranya, dengan memasang dua unit mesin pompa di dalam lorong perut bumi, untuk mengangkat dan menyalurkan air ke atas permukaan tanah. Pada Tahun 2011, air dari Gua Luweng Songo berhasil dialirkan ke wilayah perkampungan penduduk. Namun akhir Tahun 2017 lalu, terjadi banjir besar di wilayah Kecamatan Pracimantoro, yang menyebabkan dua unit mesin pompa yang terpasang di dalam Gua Luweng Songo rusak dan tertimbun lumpur.
Menurut Camat Pracimantoro, Warsito, ketika mendapatkan informasi tentang macetnya penyedotan air dari dalam Gua Luweng Songo tersebut, Danrem 074 Warastratama Surakarta bersama Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) M Heri Amrulloh, peduli memberikan bantuan berupa dua unit mesin pompa untuk mengganti mesin pompa yang rusak. Perbaikan mesin pompa yang rusak dilakukan oleh para mahasiswa pecinta alam (Mapala) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan dari Akademi Tehnik Warga (ATW) Solo. Yang dikomandani oleh Saiful Jihad dari Mapala Giri Bahama Fakultas Geografi, Atabik Ahmad dari Mapala Metala Fakultas Ekonomi, dan Agus dari Mapala Atwapala ATW.
Hanya insan pecinta alam yang berpengalaman sebagai penjelajah gua (cave) saja, yang kiranya mampu melakukan perbaikan penyedotan air di Luweng Songo. Sebab diperlukan kecakapan khusus teknik ‘vertical climbing’ untuk menuruni mulut Gua Luweng Songo sedalam 33 Meter dari permukaan tanah, dan kemudian melakukan penelusuran dengan cara merayap pada lorong horisontal gua sepanjang 200 Meter, untuk mencapai air dari aliran sungai dalam tanah di Luweng Songo tersebut.(suarabaru.id/bp)