blank
Untuk memeriahkan peringatan HUT Ke 73 Kemerdekaan RI, di Wonogiri digelar festival seni karawitan pelajar. Acara ini dilaksanakan di Pendapa Kabupaten Wonogiri selama dua hari.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Seniman pengrawit Tugimin (50) berkata: ”Bila ada pembinaan sejak usia dini, niscaya seni karawitan tidak akan mati.” Pelatih karawitan SD Negeri 1 Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri ini, Selasa (7/8), hadir di Pendapa Kabupaten Wonogiri untuk mengantar dan menunggui murid asuhannya, yang mengikuti festival lomba seni karawitan pelajar tingkat kabupaten Tahun 2018.
”Anak-anak yang mengikuti festival ini jumlahnya 30 siswa,” ujar Tugimin sembari menyebutkan, untuk maju ke festival telah dilakukan latihan intensif selama sepekan. Mereka merupakan anak-anak yang masih duduk di Kelas 4 dan Kelas 5, yang selama ini rajin mengikuti ekstrakurikuler berlatih menabuh gamelan. Kata Tugimin, biasanya kalau tidak menghadapi lomba, latihannya sepekan dua kali, sesuai yang telah dijadwalkan dalam ekstrakurikuler sekolah. ”Khusus untuk menghadapi lomba dan festival, ada jadwal latihan intensif sepanjang hari selama sepekan, agar anak-anak memiliki keyakinan diri untuk maju lomba,” tutur Tugimin.
Ketua Panitia HUT Ke 73 Kemerdekaan RI Tahun 2018 Kabupaten Wonogiri, Sekda Suharno, menyatakan, festival seni karawitan pelajar digelar dalam upaya untuk melestarikan budaya bangsa, utamanya seni karawitan. Festival ini dibuka resmi oleh Bupati yang diwakili Wakil Bupati (Wabup) Edy Santosa bersamaan dengan pembukaan festival sayur lombok, dalam rangka memeriahkan peringatan HUT Ke 73 Kemerdekaan Republik Idonesia (RI). Ikut hadir dalam acara pembukaan, Dandim 0728 Wonogiri yang diwakili Kapten (Inf) Tono, Kapolres yang diwakili Kasat Binmas AKP Suwono bersama jajaran Forkopinda, Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Siswanto beserta pimpinan dinas dan instansi terkait lainnya.
Menurut Kabid Kebudayaan Dikbub Wonogiri, Eko Sunarsono, festival karawitan pelajar digelar selama dua hari, yakni Selasa-Rabu Tanggal 7-8 Agustus 2018. Hari pertama menampilkan para siswa SD dan hari kedua para murid dari tingkat SLTP-SLTA. Masing-masing group berjumlah 25 sampai 30 siswa. Memberikan keterangan dengan didampingi staf Dikbud, Guritno, lebih lanjut Eko Sunarsono, menyatakan, untuk tingkat SD diikuti 15 group, kemudian tingkat SLTP-SLTA sebanyak 19 group. Tim juri terdiri atas Darno SSn MSn, Slamet Riyadi SKar MA dan Sugimin Skar MSn dari ISI Surakarta. Kata Eko Sunarsono, peserta sangat antusias bahkan ada murid-murid dari Kecamatan Praciantoro, yang nekat ikut sekadar memamerkan kebolehannya, khusus untuk laras Slendro.
Aspek penilaian meliputi leres, rempeg, irama, rampag dan garap. Juara diambil enam besar tanpa penjenjangan di masing-masing tingkat. Kepada para juara diberikan tropi, piagam dan uang pembinaan masing-masing Rp 3 juta. Untuk tingkat SD melombakan gending Ketawang Tarupala laras Slendro Manyura, dan Lancaran Generasi laras Pelog Enem.(suarabaru.id/bp)