blank
Seusai dilantik, para pengurus Masjid Agung At Taqwa Wonogiri periode 2018-2023, mendapat ucapan selamat dari Wabup Wonogiri Edy Santosa dan Ketua DPRD Setyo Sukarno (kedua dari kesatu dari kiri).(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Masjid Agung At Taqwa merupakan bangunan monumental dan menjadi simbol historis tentang sejarah Islam di Kabupaten Wonogiri. Wakil Bupati Wonogiri (Wabup), Edy Santosa, menegaskan, sudah selayaknya bersama-sama kita ikut bertanggungjawab untuk menjaga keberadaannya, menjadikan tempat ibadah yang nyaman dalam membina iman dan taqwa, serta sebagai sarana pemersatu masyarakat di Kabupaten Wonogiri.
Penegasan Wabup ini, Kamis (26/7), disampaikan ketika mewakili Bupati Wonogiri Joko Sutopo, dalam acara pelantikan Pengurus Masjid Agung At Taqwa Kabupaten Wonogiri periode Tahun 2018-2023. Upacara pelantikan digelar di Pendapa Kabupaten Wonogiri. Dalam kepengurusan ini, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Wonogiri, Subadi, dilantik menjadi ketua, Kabag Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkab Wonogiri, Mubarok, menjadi sekretaris, dan Bendahara (Samsul Ma’arif) dari unsur Nahdlatul Ulama (NU).
Sebagai tempat ibadan umat Islam, Masjid Agung At Taqwa merupakan bangunan masjid agung yang monumental, terletak di sisi depan kiri Kantor Bupati Wonogiri atau di sebelah barat Alun-alun Kabupaten. Masjid tersebut dulu dibangun pada zaman sebelum kemerdekaan RI, yaitu Tanggal 27 September 1927, oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara Ke VII (lahir 12 Nopember 1885 dan wafat 19 Juli 1944) dengan biaya 1.000 gulden, menempati tanah seluas 3.600 Meter Persegi (M2).
Mangkunegara VII, memegang tampuk pemerintahan Mangkunegaran dari Tahun 1916 sampai dengan 1944. Dia dikenal sebagai penguasa yang berpandangan modern pada zaannya, berhasil meningkatkan kesejahteraan di wilayah Praja Mangkunegaran, melalui usaha perkebunan (onderneming) utamanya komoditas gula. KGPAA Ke VII dikenal pula sebagai pecinta seni dan budaya Jawa dan mendukung berkembangnya musik serta drama tradisional.
Dulu Masjid Agung At Taqwa terkenal sebagai Masjid Kabupaten, kemudian diberi nama Masjid Agung Taqwa, pernah beberapakali dipugar, seperti ketika di era kepemimpinan Bupati Wonogiri, R Samino (1967-1974). Kemudian di era Bupati Oemarsono (1985-1995), dilakukan pemugaran total dengan mendapatkan bantuan dana dari keluarga Presiden Soeharto, dibangun menjadi dua lantai dengan luas bangunan 1.020 M2, dilengkapi dengan menara yang menjulang tinggi. Purna pugarnya diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto. Saat memberikan sambutan pada upacara peresmian purna pugar, Presiden Soeharto mengungkapkan bahwa ketika dulu bersekolah di Wonogiri, suka salat dan berdoa dan istirahat di masjid yang monumental tersebut. Ini menjadi sesuatu yang istimewa, sebab tidak semua masjid memiliki kenangan dalam sejarah kehidupan Presiden.
Menurut Wabup Bupati Wonogiri, Edy Santosa, Masjid Agung At Taqwa, selama ini hadir sebagai simbol pemersatu masyarakat. Kumandang adzan-nya, bersanding merdu dengan irama dentang lonceng dari Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul yang terletak di sisi timur Alun-alun Kabupaten. Dalam konteks tersebut, tandas Wabup Edy Santosa, itu kita maknai betapa kehadiran Masjid At Taqwa memiliki arti penting dalam menanamkan sikap kebangsaan, rasa kebersamaan, saling hormati-menghormati antar-pemeluk agama, dan hidup damai dalam harmonisasi yang dilandasi prinsip kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika.
Pengurus baru Masjid At Taqwa yang dilantik, diharapkan dapat mengemban tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Menyatu dengan segenap komponen masyarakat di Kabupaten Wonogiri, dengan dilandasi semangat ”Sesarengan mBangun Wonogiri” untuk mewujudkan Wonogiri yang sukses.(suarabaru.id/bp)